Rabu, 08 April 2015

King Kobra Di Tanah Purba

 Sebagai Jumper(pelompat), Aroma sdh terbiasa tinggal berpindah2 tempat (Nomaden),ada beberapa pengalaman unik yg perlu aroma Share kpd teman2 sufi, bermula dari pertemuan singkat dg seorang teman di pengajian berlanjut obrolan yg kemudian menjadi ajakan utk aroma agar berkenan tinggal di daerah marunda baru.
Cerita di mulai ketika aroma Memasuki pintu gerbang marunda aroma begitu terkagum2 dibuatnya, betapa tidak. Aroma di sambut dg Gapura Raksasa bertuliskan "Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut" sepanjang perjalanan aroma sambil bertanya2 di dalam hati, Di mana pangkalan TNI itu? Toh sepanjang perjalanan yg aroma lihat hanyalah rawa,rawa,dan rawa. Tanaman Bakau,bakau,dan bakau. Tdk ada tanda2 bahwa ada markas militer di situ. Sambil membayangkan di benak aroma, bahwa markas itu ada di dalam tanah.
Masuklah aroma ke kampung marunda baru yang benar2 kampung, bahkan tdk pantas kalau daerah itu masih dlm lingkup jakarta, karena masih banyak binatang musang berkeliaran bebas di sekitar masjid, di sana aroma bertemu dg seorang teman baru bernama wanto, seorang teman berasal dr Kalimantan berdarah jawa, yg dalam keakraban kopi dan kepulan asap tembakau kemudian dia bercerita tentang "Tanah Purba" di daerah kalimantan, ya, tanah purba itu di sebut Sampit, dimana di ceritakan di dalam hutan itu ukuran binatang2 melata semacam ular dan belut memiliki ukuran2 yg tidak lazim, lebih besar dr ukuran pd umumnya. bisa di bayangkan, utk belut saja ukuran normalnya di sana sebesar paha org dewasa, belum lagi ular. Aroma membayangkan, di sana Aroma akan merasa takut melihat belut, krn sulit membedakan apakah itu ular atau benar2 belut, boro2 utk memakan belut,menggoreng belut,pepes belut, atau dendeng belut. Wanto melanjutkan Ceritanya, bahwa wanto memiliki seorang teman yg tdk di sebutkan namanya, tp yg jelas bahwa temannya itu seorang pawang ular yg cerdik, semua jenis ular pernah dia tangkap, mulai dari ukuran yg kecil sampai yg raksasa sekalipun. Wanto melanjutkan ceritanya sambil mengepulkan asap tembakau, sementara Aroma mendengarkan sambil menyeruput kopi hitam pekat. suatu ketika sampailah pertemuan antara si pawang cerdik dg King Kobra di Hutan belantara sampit, ular sebesar Pohon kelapa bahkan lebih besar lagi, ular sepanjang sepuluh meter. Di lihatnya King kobra yg perutnya memang sudah membesar, seperti habis menelan sesuatu, dan tentu saja besar krn baru saja menelan babi hutan, pertemuan yg tdk diharapkan tentunya(tdk seperti pertemuan antara romeo & juliet), bisa di bayangkan bagaimana seramnya ketika king kobra berdiri melebarkan kepalanya yg seperti payung siap menerkam si wanto dan si pawang. Si wanto yg memang sdh tdk takut dg ular begitu juga dg si pawang yg cerdik, Dengan penuh persiapan ancang2 dan penuh perhitungan,si pawang yg memang sudah berpengalaman dg mahluk melata itu dg sigap berusaha menangkap ular dengan perlawanan yg cukup sengit, melompat ke kanan dan kekiri dengan sigap dan cekatan. sekali dua kali ular itu mematuk dg racun mematikan tapi dg gesit pula langkah seribu si pawang menghindari serangan ular, sampai akhirnya si ular merasa letih karena pawang terlalu cerdik utk di patok, melihat ular mulai lemas dan tdk fokus lagi, kemudian si pawang tdk menyia2kan kesempatan itu, dengan sigap dan gesitnya si pawang mencengkram dr belakang,tentu tdk seperti mencengkram ular kecil, tetapi mencengkram dg kedua tangan dan kakinya seperti meminta gendong kepada ular tersebut dengan memegang kepalanya di kiri dan kanannya yg memang ukurannya hampir sama dg badan si pawang. Pertarungan antara pawang dan ular begitu dahsyat meliuk2 ular berusaha melepaskan si pawang dg lilitan buntutnya. sehingga akhirnya si pawang menyerah karena tenaga ular itu terlalu besar dan kuat, dan akhirnya ular itu di lepaskan dan berlari tunggang langgang menjauh dari cengkraman si pawang yg cerdik. Sampai akhirnya masyarakatpun resah dg keberadaan ular itu, khawatir kalau2 suatu waktu anak2 desa sedang bermain di hutan berpapasan dg ular itu. Sehingga kemudian mendorong masyarakat utk membawa alat berat dr proyek guna membunuh ular tersebut. Khawatir bkn hanya babi yg di makan, suatu saat manusia jg akn di makan ketika tdk sengaja berpapasan dg ular tersebut di hutan. Tdk memakan waktu lama, akhirnya King kobra pun mati di tangan alat Berat, dan mayatnya di seret ke kampung menjadi tontonan warga desa sampit.
Asap mengepul Wanto melanjutkan ceritanya, Aroma jg mengambil tembakau dari sakunya tp blm sempat di sulut. wanto melanjutkan cerita, pernah suatu ketika ada masyarakat yg mengadu melihat ular besar lagi, sehingga membuat si pawang penasaran dg cerita itu, (maklum, ketika masyarakat melihat ular besar akn di anggap siluman atau hantu siluman, selalu begitu) Dg kemampuan penciumannya tdk sulit bagi si pawang cerdik utk menemukan ular besar itu di pedalaman hutan di semak yg rimbun. Dengan segala persiapan akhirnya si pawang bersiap2 ancang2 menangkap ular itu, namun naas ketika hendak menangkap ular raksasa itu, si pawang di gigit duluan oleh ular pohon berwarna hijau sebesar kelingking org dewasa. Dan akhirnya si pawang mati lemas di tempat krn racun ular kecil merambat keseluruh aliran darah, atau mungkin sudah sampai ke jantung, sehingga nyawa si pawang cerdik tdk bs di selamatkan lagi. Asap mengepul dr mulut wanto, Aroma seruput kopi menyalakan korek menatap angkasa.

Bersambung..

Ibroh dari cerita nyata ini adalah, betapapun hebat ilmu seorang pawang yg cerdik menangkap ular2 besar, tp ironis akhirnya mati di gigit ular kecil. Dalam kehidupan jg demikian, kita sibuk memikirkan persoalan yg besar, tetapi kita kadang melalaikan hal2 yg kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar