Senin, 27 April 2015

ISLAM,ILMU,& WANITA


السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمدلله الذئ شرف الانسان بالعلم والعرفان وجعل العلماء العاملين المخلصين مصابيح الانام في كل زمان ومكان اشهدان لااله الاالله وحده لاشريك له دوالجلال والاكرام واشهدان سيدنامحمداعبده ورسوله المبعوث الي كاقه الانس والجان اللهم صل وسلم علي سيدنامحمد وعلي اله واصحابه البررةالكرام
اما بعد فقد قال الله تعالي في كتابه الكريم اغودباالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمنالرحيم يرفعااالله الذين امنوا منكم والذين اوثوا العلم درجات


Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia,

    Pertama-tama, selaku khatib pada hari ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri, serta mengajak hadirin sekalian untuk bersama-sama meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya(امتثال الاوامر واجتناب النواهي).Karena taqwa merupakan modal utama yang akan memudahkan kita sekalian untuk menyelesaikan segala macam problematika kehidupan serta untuk mendapatkan rizki dari jalan yang tidak kita sangka-sangka sebelumnya. Sebagaimana telah dijanjikan Allah SWT dalam surat Al-Thalaq (65) ayat 3:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, pasti Dia akan memberikan jalan keluar (dari segala problema yang dihadapi) dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangka sebelumnya”.
    Demikian juga firman-Nya surat Al-Thalaq (65) ayat 4:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, pasti Allah akan memberikan kemudahan dalam segala urusan”.

Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah

    Jika kita mengkaji sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani kuno hingga zaman modern sekarang ini, maka kita akan mengetahui betapa besar sumbangan umat Islam dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bukan saja ilmu pengetahuan agama dalam arti sempit seperti aqidah, syari’ah dan tasawuf, tetapi juga filsafat dan science seperti matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, kedokteran, sosiologi, politik dan ekonomi

    Kalau pada zaman Yunani Kuno kita mengenal para filosof dan ilmuan seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Eukleideios dan Archimedes kemudian pada zaman modern kita mengenal para filosof dan ilmuan seperti Rene Descartes, Thomas Hobbes, John Locke, David Hume, Voltaire, Immanuel Kant, Herbert Spencer dan William James yang nota bene mereka bukanlah orang-orang muslim, maka kita tidak boleh melupakan, bahwa pada abad pertengahan khususnya dari abad ke-8 hingga 12 Masehi, para filosof dan ilmuan muslim telah berhasil menempati jenjang terhormat di dunia dan menciptakan apa yang dikenal sebagai Masa Kejayaan atau Abad Keemasan.

    Di antara para filosof dan ilmuanmuslim yang telah berjasa dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah:
1.    Dalam bidang Filsafat kita mengenal Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan lain-lain.

2.    Dalam bidang Ilmu Kalama tau Teologi, kita mengenal nama Abu Hasan al-Asy’ari, Abu Mansur al-Maturidi, Hujjatul Islam Abu Hamid, Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali dan lain-lain.

3.    Dalam bidang ilmu Fiqh atau Syari’ah, kita mengenal Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’I dan Imam Hambali.

4.    Dalam bidang ilmu Tasawuf atau mistisisme dalam Islam, kita mengenal nam Hujjatul Islam Abu Hamid, Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, al-Junaidi, al-Qusyairi, Rabi’ah al-‘Adawiyyah, Muhyiddin Ibnu ‘Arabi, Syuhrawardi al-Maqtul dan lain-lain.

5.    Dalam bidang ilmu Kedokteran kita mengenal Ibnu Sina, filosof muslim yang sekaligus ahli kedokteran yang pengaruhnya sangat luas dinegara barat sehingga mendapat julukan “Prince of Physicans”. Karya tulisnya merupakan referensi standar untuk kedokteran di Negara-negara Islam dan di Eropa. Bukunya “Al- Qanun fi al-Tibb” (Pedoman Pokok Kedokteran) telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, yang sampai akhirnya Abad Pertengahan merupakan karya sistematis terkemuka yang mencakup teori dan praktek. Demikian juga kita mengenal nama Abu Bakar Mohammad ibn Zakaria al-Razi, seorang filosof muslim yang juga pakar dalam bidang kedokteran sehingga mendapat julukan Hippocrates Islam (kedokteran) dan Socrates Islam (filsafat). Dua karya kedokterannya yang terpenting adalah Kitab al-Mansuri (yang dipersembahkan kepada Mansur ibn Ishak, penguasa Rayy), dan Al-Hawi (Buku Komprehensif) yang juga mencakup ilmu kedokteran Yunani, Syiria, dan Arab awal.

6.    Dalam bidang Matematika, kita mengenal Mohammad ibn Musa al-Khawarizmi, seorang ahli matematika dan astronomi yang sangat luas pengaruhnya. Diantara karyanya dibidang matematika adalah “Kitab Al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabri wal Muqabalah” (Buku yang padat dan ringkas tentang Perhitungan dari Restorasi dan Ekuasi). Kita juga mengenal nama Ghiyathuddin Abul Fath Omar ibn Ibrahim al-Khayyam yang dikenal dengan nama Omar Khayyam, seorang ahli matematika, astronomi dan penyakit Persia.

7.    Dalam bidang Fisika, kita mengenal Ibnu al-Haytham (Al-Hazen), seorang teoritikus ulung dan sekaligus seorang eksperimentalis terampil. Kita juga mengenal ahli Fisika muslim yang bernama al-Buruni yang telah menjalin pertukaran pendapat untuk menganalisa konsep-konsep Fisika pada zaman itu dengan Ibnu Sina melalui korespondensi, sebagaimana korespondensi zaman modern mengenai interprestasi tentang mekanika kuantum yang dilakukan oleh Albert Einstein, ahli Fisika Jerman dan pemenang Hadiah Nobel untuk Fisika tahun 1921 dengan Neils Boher, ahli Fisika Atom Denmark, pemenang Hadiah Nobel untuk Fisika tahun 1922.

8.    Dalam bidang Kimia, kita mengenal nama Jabir ibn Hayyan, seorang ahli Alkimia dan metalugri dari Arabia abad ke-8 M. sekalipun Alkimia tidak dapat dipandang sebagai semacam Protokiamia, namun Al-Jabir telah meletakkan dasar bagi apa yang kemudian berkembang menjadi Ilmuan Kimia. Diantara bukunya yang terpenting ialah Kitab al-Sab’in (Buku Tujuh puluh) dan Kitab al-Mizan (Buku Keseimbangan). Di samping itu kita juga mengenal nama Ar-Razi, seorang ahli kedokteran yang sekaligus juga ahli kimia. Ia telah berhasil mengklasifikasikan zat dalam kategori mineral, nabati dan hewani. Ia pun mempelajari berbagai proses kimiawi penting, termasuk soal distilasi atau penyulingan. Ia dianggap sebagai orang pertama yang memperoleh alcohol dari hasil fermentasi untuk dipergunakan bagi keperluan medis.

9.    Dalam bidang Optika, kita mengenal nama Ibn al-Haytham, yang juga mendapat julukan Bapak Optika. Karya dasarnya Kitab al-Manadzir (Buku Optika), telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Latin.

10.    Dalam bidang Sejarah, kita mengenal nama Abu al-Hasan Ali al-Mas’udi, seorang pengembara dan ahli sejarah Arab yang lahir di Baghdad pada akhir abad 9 dan wafat di Al-Fustat (Cairo lama) pada tahun 957 M. Ia banyak menghasilkan karya tulis, dan dikenal sebagai Herodotos Arabia. Herodotos adalah ahli sejarah Yunani pada abad ke-5 sebelum masehi yang merupakan Bapak Sejarah.


Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,

    Luasnya pengetahuan, banyaknya ilmu dan bervariasinya keterampilan pada diri seseorang merupakan salah satu cermin kualitas seseorang. Dalam kaitan itulah, kaum perempuan harus mendapat kesempatan dan ikut berpartisipasi yang sama dengan kaum laki-laki, sebab dalam ajaran Islam, baik laki-laki maupun perempuan wajib menuntut ilmu.

    Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender sebagai upaya pemberdayaan perempuan, maka pendidikan, pembelajaran dan ilmu pengetahuan menjad sangat penting. Dalam perjalanan sejarah Islam, sebenarnya perempuan tidak termarjinalisasi maupun tersubordinasi.Keduanya secara demokratis, sesuai dengan keahlian dan kemampuannya, seyogyanya menjadi pelopor dalam memajukan ilmu pengetahuan untuk kepentingan orang banyak.

    Kalau diatas disebutkan nama-nama para ilmuan muslim dan kalangan kaum pria, maka bukan berarti kaum wanita muslimah tidak memiliki peran dalam pengembangan ilmu pengetahuan.sebenarnya mereka juga banyak berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, hanya saja tidak diekspose secara besar-besaran sebagaimana yang dilakukan terhadap para ilmuan dari kalangan kaum pria. Sejarah telah mencatat, bahwa sejak masa Rasulullah SAW telah banyak wanita muslimah yang mempelajari ilmu pengetahuan.Bahkan mereka memohon kepada Rasul agar secara khusus menyediakan waktu untuk mengajarkan kepada kaum wanita dan beliau mengabulkannya.Sesudah masa Rasul, para wanita muslimah juga melakukan kegiatan belajar mengajar. Mereka tidak segan-segan mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada para ulama., cendekiawan dan sastrawan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak wanita muslimah yang menjadi pakar dan guru besar dalam berbagi disiplin ilmu.Aisyah Radliyallahu’anha, istri Rasul, adalah sosok wanita yang sangat dalam ilmu penetahuna nya dan sangat luas wawasannya, khusunya dalam bidang hukum Islam sehingga para sahabat dan tabiin banyak yang belajar serta memohon fatwa kepada beliau. Sayyidina Sakinah, putri Husein al-Adawiyah adalah seorang wanita ahli tasawuf yang hingga sekarang sangat terkenal di dunia Islam denga teori “Mahabbah”-nya Karimah al-Marwaziyah, adalah seorang perawi hadits terpenting yang dihimpun oleh Imam al-Bukhari. Bahkan menurut Al-Hafidz Ibnu Asakir, seorang perawi hadits, bahwa gurunya dari kalangan kaum wanita berjumlah lebih dari 80 orang. Dengan demikian, Islam telah memberikan hak-hak yang sama antara kaum wanita dan kaum pria, temasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, jauh sebelum terjadinya revolusi Perancis yang mendorong timbulnya gerakan feminisme. Namun karena kultur budaya yang amat patriarkhis serta pemahaman umat tentang keluhuran ajaran Islam tentang kedudukan kaum perempuan dan laki-laki belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian pemimpin umat dan tokoh agama, maka dalam realitas kehidupan dalam masyarakat, sangat dirasakan bahwa kaum perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan.


Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah:

    Pertanyaannya adalah mengapa umat Islam pada masa silam berhasil meraih keunggulan dalam bidang Ilmu Pengetahuan sedangkan pada abad beberapa terakhir ini justru mengalami ketertinggalan dan keterbelakangan?

    Jika diteliti, paling tidak ada 3 faktor yang menyebabkan umat Islam pada masa lalu selama 350 tahun (tiga setengah abad) berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan meraih keemasan. Yaitu:

1.    Agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits, sangat menghormati orang-orang yang berilmu dan memberikan kedudukan yang sangat terhormat kepada mereka. Rasulullah SAW memberikan prediket kepada para ulama, cendekiawan dan ilmuan muslim sebagai “Waratsul Anbiya” (pewaris para Nabi). Karena mereka dapat mengenali desain Allah SWT dan keagungannya. Bahkan Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Sebagaiman telah difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah (58) ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَا

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan”.

2.    Kaum muslimin pada masa silam, benar-benar menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul. Jika diteliti, betapa banyak ayat-ayat al-Qur’an dan al-Hadits Rasul yang memberikan motivasi kepada umat Islam untuk menggali dan mengembangkan Ilmu Pegetahuan. Menurut hasil penelitian Imam al-Ghazali, didalam al-Qur’an terdapat tidak kurang 763 ayat atau sekitar 12% dari jumlah ayat al-Qur’an yang langsung berhungan dengan Ilmu Pengetahun. Mulai dari perintah untuk berpikir. Memanfaatkan penalaran dengan sebaik-baiknya hingga perintah untuk mempelajari alam dan membuat karya ilmiah yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantaranya Firman Allah SWT dalam surat Al-Ghasyiyah (88) ayat 17-20:

 أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿١٧﴾ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ﴿١٨﴾ وَإِلَى ٱلْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ ﴿١٩﴾ وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ ﴿٢۰﴾

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan onta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung baimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaiman ia dihamparkan?”.

    Demikian juga Firman Allah SWT dalm surat Ali Imran (3) ayat 190-191:

إِنَّ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلٰفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَءَايٰتٍ لِّأُو۟لِى الْأَلْبٰبِ :١٩۰
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّـهَ قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بٰطِلًا سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ :١٩١

“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, etrdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah baik pada waktu berdiri, duduk maupun berbaring, dan meraka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Allah ternyata Engkau menciptkan semua ini tidak ada yang sia-sia, Maha Suci Allah, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

    Dalam memahami firman Allah SWT diatas, para ulama masa lalu tidak hanya melakukan pendekatan ecara teologis, tetapi juga dengan pendekatan ilmiah.Oleh karena itu, firman Allah SWT di atas telah dijadikan motivasi untuk mengadakan penelitian dalam berbagia aspek Ilmu Pengetahuan. Mereka melakukan penelitian bagaiman onta (hewan) diciptakan sehingga menimbulkan ilmu tentang hewan (zoologi), bagimana langit dapat berdiri tegak tanpa memakai tiang penyangga, apa manfaatnya Allah SWT menciptakan langit, planet apa saja yang ada disana dan seterusnya hingga melahirkan Ilmu Astronomi. Mereka juga meneliti tentang gunung-gunung dari berbagia aspek hingga muncul ilmu tentang vulkanologi.Mereka juga meneliti tentang bumi, mengapa Allah SWT tidak menciptakan bumi sekeras batu semua? Jika demikian pasti tidak akan ada tanaman yang dapat tumbuh sehingga manusia tidak bias menanam tumbuh-tumbuhan sebagi bahan makanannya. Mengapa Allah SWT tidak menciptakan bumi hanya terdiri dari perairan dan lembek semua?Jika demikian, pasti manusia tidak dapat berdiri dan berjalan secara tegak.

3.    Agama Islam bersifat internasional dan universal, bukan hanya corak lokal, akan tetapi lintas bangsa dan budaya. Oleh karena itu, umat Islam pada masa lalu sangat toleran terhadap pemikiran-pemikiran dan penemuan-penemuan para ilmuan non muslim. Merelka tidak segan-segan mempelajari dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dari mana pun datangnya sambil memperbaikinya. Mereka menhgindari sikap antipasti dan permusuhan terhadap para ilmuan non muslim sehingga mereka tidak terisolasi dan tereliminasi dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat merugika diri mereka sendiri.

Akan tetapi sayang, sesudah umat Islam berhasil meraih kejayaan dan mengukir prestasi yang cemerlang selama tiga setengah abad 8 s.d. 12 Masehi atau 2 s.d. 5 Hijriyah, generasi yang hidup sesudahnya tidak mampu mempertahankan tradisi ilmiah yang telah dirintis oleh para pendahulu. Mereka bukan hanya tidak mampu mempertahankan, tetapi lebih dari itu, mereka telah menukik tajam dan akhirnya lenyapditelan oleh waktu.Mengapa hal itu bias terjadi? Tidak lain adakah karena faktor-faktor sebagai berikut:
1.    Generasi penerus umat Islam tidak mampu lagi menghayati dan mengamlakan firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW khusunya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
2.    Mereka telah mengabaikan keluwesan dan toleransi terhadap pemikiran-pemikiran dan penemuan-penemuan para ilmuan non muslim.

Akibat dari sikap tersebut, maka ekonomi umat menjadi statis.Teknologi umat terbatas pada tahap yang sama dari generasi ke generasi. Hal ini menyebabkan mereka terbelenggu oleh kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.Umat tidak lagi mampu menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru, serta tidak mampu menciptakan arus penemuan dan pembaharuan yang teratur untuk menjamin tahap-tahap pertumbuhan sosial dan ekonomi.

Agar umat Islam mampu membebaskan diri dari belenggu kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, maka tidak ada jalan lain, kecuali mereka harus kembali kepada ajaran al-Qur’an dan al-Hadits yang mendorong umat Islam untuk memperhatikan dan memikirkan semua ciptaan Allah SWT yang ada disekeliling kita. Dan juga, kaum muslimin harus menjadi pelopor bagi umat manusia untuk lebih mendorong agar generasi muda mereka, baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, melengkapi denga berbagai keterampilan, memperhatikan kesehatan dan citra diri, sehingga ketika mereka berada dilingkungan sekolah maupun lingkungan kerja, senantiasa memiliki kualitas yang dapat dibanggakan. Khusus bagi perempuan, ketika memasuki gerbang kehidupan rumah tangga, ia sudah memahami keterkaitan moral, ilmu, kesehatan reproduksi, pengasuh dan pendidikan bayi, yang pada akhirnya ia akan menjadi salah satu sumber daya manusia yang berkualitas bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, dan sekaligus sebagai potensi bangsa yang diperhitungkan dalam pembangunan nasional.

Pandang teologis, tetapi juga pendekatan ilmiah dengan melakukan penelitian dan pengembangan.Di samping itu, umat Islam harus membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dari mana saja datangnya.Karena ilmu pengetahuan adalah khazanah milik umat Islam yang hilang, yang harus diambil kembali dimana saja ilmu pengetahuan itu berada.

بار ك الله لي ولكم في القر ان العظيم و نفعني واياكم بمافيه من الايات والدكر وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خيرالراحمين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar