Selasa, 05 Mei 2015

Situs Gunung Padang – PART 9

Artefak-Artefak Gunung Padang Cianjur Yang Misterius

Gunung Padang Cianjur “Situs Gunung Padang, situs prasejarah megalitik yang menurut beberapa sumber merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara, terletak di Kabupaten Cianjur, ternyata sarat makna yang melibatkan faktor geologi, arkeologi, religiusitas, dan astronomi yang dibangun dalam harmoni bumi dan langit.”
*
Type of research  : Geology, History & Archeology
Search research    : The Indonesian Megaliths
Location                    : Cianjur regent, West Java Province.
Sub Location          : Karyamukti village, Campaka sub-district.
Village                         : between Gunungpadang backwoods & Panggulan.
Coordinate              : 6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E
To use English or other languages, chose and click on the Right Sidebar
Dinamakan Gunung Padang, berdasarkan kata “padang” berasal dari beberapa suku kata, yaitu : Pa (tempat), Da (besar/gede/agung/raya) dan Hyang (Eyang/moyang/biyang/leluhur agung). Jadi arti kata Gunung “Pa Da Hyang”, adalah Gunung “Tempat Agung para Leluhur” atau boleh jadi maknanya “Tempat para Leluhur Agung”.
Artikel tentang Gunung Padang Cianjur yang kami rilis sejak tahun 2011 dan belum banyak yang tahu namun telah masuk ke dalam rujukan wikipedia dan beberapa website luar negeri ini, ternyata masih berjalan panjang.
Pada kali ini, kita lihat beberapa penemuan berupa artefak-artefak di situs mahakarya tersebut. Namun tak menutup kemungkinan akan ada banyak artefak-artefak lainnya yang masih terkubur didalamnya dan akan menambah perbendaharaan dalam artikel ini. Dengan berjalannya waktu, Timnas Peneliti Gunung Padang telah menemukan artefak-artefak di situs era megalitikum, situs Gunung Padang Cianjur, Jawa Barat.
Metal Kuno atau Logam Purba Mirip Pisau
https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/06/logam-purba-yang-ditemukan-di-situs-gunung-padang.jpg
Artefak yang mirip sebuah alat dari bahan logam ini bentuknya seperti pisau. Jika dilihat secara seksama maka benda ini seperti ada pegangannya, lalu ada bentuk tajaman berukuran kecil. Logam purba ini ditemukan Maret 2013 lalu, pada artikel part-3 kami. Tim menemukan logam berukuran panjang 10 cm yang telah berkarat ini di lereng timur dengan kedalaman 1 meter.
Mungkin saja logam purba berbentuk pegangan ini, dulunya ada gagangnya dan tajaman pisau ini kemungkinan panjang karena terlihat sudah patah. Dengan adanya artefak ini, membuktikan bahwa warga yang tinggal di situs ini pada masa lalu, sudah mengenal budaya logam.
Dilihat dari komposisinya, yang dominan adalah “Fe” (Ferrum/Besi) dan “O” (Oksigen), dan juga masih ada Silika dan Alumunium plus Karbon dengan bentuk seperti ada rongga-rongga kecil di sekujur materialnya, maka kemungkinan besar itu adalah slug atau logam.
Artefak ini membuktikan ada campur tangan manusia yang telah menggunakan teknologi metal atau bahan logam pada masa itu yang mengacu tentang kemungkinan adanya upaya pemurnian logam atau teknologi metalurgi pada masa purba itu.
Hasil pembakaran hancuran batuan untuk mengkonsentrasikan metalnya terlihat masih tercampur dengan Clinkers (carbon) sebagai bahan pembakarnya. Temuan kandungan karbon tersebut bisa berasal dari kayu, batubara atau minyak bumi.
Sedangkan rongga-rongga yang ada di sekujur material menandakan ketika proses pembakaran, telah terjadi pelepasan-pelepasan gas seperti CO2 dan semacamnya ke permukaan material.
Berdasarkan hipotesis, besar kemungkinan sudah ada proses pembakaran hancuran batu dengan temperatur tinggi,  proses pemurnian pembuatan logam pada waktu yang terkait dengan lapisan pembawa artefak tersebut.
Namun dimana lokasi teknik pembakaran itu belum diketahui, apakah dilakukan dilokasi atau dilakukan ditempat lain. Menindaklanjuti temuan logam tersebut, tim arkeologi mengecek kandungannya ke labaratorium Metalurgi dan Mineral Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Tim masih harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dugaan kuat bahwa leluhur kita sudah mengenal teknologi metalurgi sebelum 11.500 tahun yang lalu. Selain itu, artefak tersebut membuktikan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan itu bukanlah masyarakat yang berburu dan peramu makanan.
Tim arkeolog belum memasukannya ke dalam laboratorium karena benda ini terlihat rapuh sekali, sedangkan di laboratorium, benda ini akan diperlakuan cukup banyak untuk penelitian, jadi artefak ini masih disimpan tim arkeolog. Kajian lebih lanjut atas temuan menarik artefak dari logam ini belum dirilis.
Semen Purba
mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 2
Semen Purba yang ditemukan di situs Gunung Padang mampu mengikat batu-batu purba. Semen Purba adalah material pengisi diantara batu-batu kolom purba, yang punya kadar besi tinggi. Bahkan diantaranya ada batu kolom yang sudah pecah berkeping-keping, namun ditata dan disatukan lagi oleh material pengisi atau disebut sebagai Semen Purba ini, yang kami rangkum dalam artikel sebelumnya pada part-5.
Makin ke bawah “kotak gali”, semen purba ini terlihat makin banyak, dan merata setebal 2 sentimeteran di antara batu-batu kolom.  Selain di kotak gali, semen purba ini juga sudah ditemukan pada tebing undak antara Teras-1 dan Teras-2, dan juga pada sampel inti bor dari kedalaman 1 sampai 15 meter dari pemboran yang dilakukan oleh tim pada tahun  2012 lalu di atas situs.
Temuan semen purba juga ditemukan saat tim geologi melakukan pengeboran di Teras-2 dan Teras-5 jauh sebelumnya, yaitu sekitar Februari 2011 silam, semen purba ini diperkirakan berusia minimal 11.500 tahun.
Artefak Mirip Kujang
Gunung-Padang-Artefak-kujang-gunung-padangArtefak ini terbuat dari batu, ditemukan dibagian selatan Teras-5 pada Sabtu (14/9/2014), dan tertimbun cukup dalam. Artefak mirip senjata khas Jawa Barat ini dinamai “Kujang Gunung Padang”. Benda ini telah diamati dan diperkirakan asli buatan manusia zaman dulu, di mana batunya dipangkas dan dibentuk pada semua permukaan lalu digerinding atau digosok, sehingga menjadi halus permukaannya.
Sebelum prasejarah, teknik tersebut sudah dikenal dan dipergunakan masyarakat luas pada masa lalu. Selain itu, bentuk benda seperti itu mungkin hanya satu-satunya di dunia.
Gunung-Padang-Artefak-kujang-gunung-padang 2Tahukah anda konstanta “pi” dalam matematika? Kontanta sebesar 22/7 atau 3,14 itu dipakai dalam perhitungan luas dan keliling lingkaran serta volume tabung dan bola seantero jagad hingga abad modern ini.
Tim riset Gunung padang mengatakan bahwa artefak serupa kujang yang ditemukan lewat ekskavasi itu merupakan cerminan dari konstanta “pi” itu sendiri.
Konstanta “pi” dalam kujang itu bisa diketahui ketika mengukur panjang dan lebar bagian kujang yang meruncing. Bagian yang meruncing punya panjang 22 cm dan lebar 7 cm.
Kalau dihitung, 22 dibagi tujuh = pi. Hal itu mencengangkan, dan diluar yang dibayangkan tim peneliti. Luar biasa sekali. Ukuran kujang itu menunjukkan bahwa leluhur yang tinggal di Gunung Padang sudah mengenal ilmu geometri!
Kujang Gunung Padang juga punya keunikan lain, yaitu punya anomali magnetik. Kujang itu memiliki tiga sisi, namun ketiga sisi itu hanya bisa merespon kutub magnet yang sama. Sebab anomali magnetik itu belum diketahui.
Selain itu, struktur kujang ini memang unik, karena di dalam permukaannya ada kandungan metal!. Pada perbesaran 32 kali, tampak ada struktur seperti kawat.
kujang gunung padang 001
terlihat alur serat logam sangat tipis pada permukaan kujang.
Kujang Gunung Padang ini adalah artefak pertama yang ditemukan sepanjang penggalian sejak Sabtu (14/9/2014) lalu. Namun temuan kujang sempat meragukan.
Berdasarkan pengamatan terhadap foto objek yang bersangkutan tidak tampak adanya jejak pemangkasan, baik monofasial maupun bifasial pada permukaan batu ini.
Jejak pemangkasan baik bifasial maupun monofasial dibidang permukaan batu biasanya tidak menghasilkan permukaan yang rata akan tetapi memiliki bentuk permukaan yang berbeda dengan sisi bidang yang tidak terpangkas. Permukaan batu yang rata tersebut besar kemungkinan merupakan  produk dari proses pelapukan batuan.
kujang gunung padang 002
Pada perbesaran 32 kali, struktur permukaannya kujang ada kandungan metal dan tampak ada struktur garis seperti kawat.
kujang gunung padang 003
Pada perbesaran 32 kali, struktur permukaannya kujang ada kandungan metal dan tampak ada struktur garis seperti kawat.
Oleh karenanya, kujang ini diteliti secara intensif dan dibawa ke laboratorium di Jakarta. Artefak ini akan diteliti dengan alat yang dinamakan mikrotemografi seperti cytiscan, yang nantinya benda tersebut dimasukan ke lab untuk mencari tahu pada bagian mana artefak itu telah dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia pada benda dimasa lalu tersebut.
Penelitian ini akan menguak, apakah pada artefak tersebut ada kemungkinan mengandung zat-zat atau material yang menempel, atau bekas tumbuhan, atau dipakai untuk menebang pohon, atau lainnya.
Untuk sementara, kujang ini diduga berasal dari masa 500 – 5.200 tahun yang lalu berdasarkan hasil penanggalan karbon pada lapisan tanah tempat penemuannya.
Pecahan Tembikar atau Gerabah
Gunung-Padang-Artefak-Gerabah Tembikar
Peneliti Gunung Padang melakukan penyelidikan atas temuan beberapa pecahan tembikar atau gerabah yang terbuat dari tanah dan hampir semuanya ditemukan di Teras-2. Artefak itu adalah jenis artefak pertama yang ditemukan dan terbuat dari tanah liat. Beberapa tembikar atau gerabah ini menunjukan manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat wadah. Selain itu temuan kendi cukup banyak dalam kondisi pecah-pecah.
Benda tersebut diperiksa oleh ahli tembikar atau gerabah dan ternyata pembuatannya kala itu menggunakan teknik yang ditekan, bukan menggunakan roda putar. Untuk pembuatan tembikar atau gerabah, roda putar adalah teknik belakangan yang dipakai manusia.
Pembuatan tembikar atau gerabah Gunung Padang dengan teknik ditekan awalnya, membuktikan masa periodenya yang memang cukup tua. Dari berbagai bentuknya tim arkeolog sudah mempelajari, dan tembikar-tembikar itu ada yang seperti kendi dan piring.
Gerabah tersebut telah diidentifikasi bentuknya yakni mangkuk, tempayan, dan kendi. Gerabah-gerabah tersebut kemungkinan besar dibawa oleh peziarah yang ingin melakukan ritual di Gunung Padang.
Tim peneliti telah membuat secara simulasi kemungkinan benda itu untuk prosedur prosesi dari peziarah yang datang dari utara mengambil air untuk bersuci dengan kendi, naik ke tangga utara dan terus hingga ke teras 1, lalu membasuh diri. Setelah membasuh diri, benda itu ditinggalkan, lalu mereka melakukan ritual berikutnya.
Pecahan Keramik
Gunung-Padang-Artefak-ceramics keramik
Peneliti Gunung Padang juga melakukan penyelidikan atas temuan beberapa pecahan keramik oleh seorang petani yang sedang mencangkul di lereng barat situs prasejarah Gunung Padang itu. Keramik-keramik tersebut buatan Eropa abad 19 dan China abad 16.
Peneliti yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri telah melihat temuan tersebut dan membuat dokumentasi, serta melakukan identifikasi awal. Dari enam fragmen keramik tersebut, dua di antaranya merupakan keramik asing. Keramik itu salah satunya diketahui sebagai keramik Eropa yang lazim diproduksi pada abad ke-19 Masehi. Keramik tersebut kemungkinan berasal dari Belanda.
Juga ada keramik China yang lazim diproduksi pada akhir Dinasti Ming, sekitar abad ke-16 Masehi. Mengenai kaitan antara keramik asing dan situs Gunung Padang yang merupakan bangunan prasejarah tersebut masih terus diteliti. Bisa jadi keramik-keramik itu adalah peninggalan para peziarah pada masa kerajaan hingga masa kolonial Belanda.
Koin Amulet Gunung Padang
Gunung-Padang-Artefak-coin koin
Tim peneliti situs megalitikum Gunung Padang juga telah menemukan koin dengan ukiran saat melakukan pengeboran sedalam 11 meter di Teras-5 situs tersebut. Sepertinya terdapat ukiran berwujud manusia pada logam itu.
Bentuk koin ini ditemukan tengah malam 15 September 2014 lalu saat pengeboran mencapai 11 meter. Koin terangkat bor melalui saluran pembuangan limbah, sehingga koin itu berbentuk utuh tidak rusak. Coring menggunakan mata bor kecil berdiameter 5 sentimeter, disamping sisi kiri dan kanan bor ada saluran air agar memudahkan pengeboran, lalu dikeluarkan melalui saluran sisi lainnya. Di saat saluran air itu berjalan, koin itu terangkat. Sehingga bentuk koin tersebut masih sangat utuh.
‎Ketika arkeolog menemukan koin yang diperkirakan terbuat dari perunggu itu, tim juga kaget dengan adanya mirip wajah orang dalam koin yang ditemukan itu. Namun belum bisa dipastikan siapa wajah orang dalam koin tersebut. Bisa jadi ia adalah pemimpin pada masa itu.
Koin itu berhiaskan ukiran pada sisi luar koin, dengan motif yang disebut sebagai gawangan, yaitu motif kotak yang saling terpaut dan mengelilingi koin. Selain itu, ada pula ukiran berupa lingkaran-lingkaran kecil dengan diameter ‎0,11 millimeter yang berjumlah 84 buah.
Untuk usia koin, tim berpendapat bahwa koin itu berusia lebih dari 10 ribu tahun Sebelum Masehi. Bisa dibayangkan, siapa yang bisa membuat koin sedetail itu pada masa periode tersebut? Untuk usianya arkeolog akan memakai logika saja. Pada kedalaman 4 meter melalui carbon dating usianya sekitar 5200 Sebelum Masehi.
Gunung-Padang-Artefak-koin-gunung-padang vs koin belanda 1945
Dan pada kedalaman 11 meter uji karbon menunjukkan usia sekitar 10 ribuan tahun Sebelum Masehi. Namun hal itu masih perlu banyak bukti. Bisa jadi koin itu berasal dari zaman sesudahnya yang melakukan ritual atau berziarah, karena tim baru punya data bor dan artefak ini saja.
Namun, arkeolog lain meragukan dan mengatakan bahwa koin mirip dengan uang Belanda tahun 1945, karena koin baru mulai diciptakan 1.000 – 1.200 tahun yang lalu. Maka itu harus dipastikan uji lab yang lebih akurat, karena penanggalan karbon sangat vital dalam arkeologi.
Untuk itu, sampel koin yang ditemukan di Gunung Padang ini rencananya akan dikirim ke Betalab, Miami, Amerika Serikat untuk dilakukan uji karbon. Pengiriman sampel koin ke Amerika Serikat itu dilakukan untuk memastikan usia artefak itu karena sebelumnya, tim memperkirakan koin berasal dari masa 5.200 Sebelum Masehi.
Selama ini riset arkeologi didasarkan pada komparasi, membandingkan apa yang ada dalam peradaban kita dengan yang ada di belahan dunia lainnya. Kita tidak mau dengan komparasi, makanya akan dilakukan penanggalan karbon. Dan koin ini diduga berasal dari masa 500 – 5.200 tahun yang lalu berdasarkan hasil penanggalan karbon lapisan tanah tempat penemuannya.
Hasil Penelitian Koin Gunung Padang di Lab. Indonesia
Tim Peneliti sudah mendapatkan hasil analisa Laboratorium Metalurgi Universitas Indonesia. Hasil analisa laboratorium menunjukkan meski tembaga sebagai unsur dominan dalam koin itu, namun koin masih ada 3 unsur lain yaitu iron, timbal dan nikel ( Cu: 92,4 persen, . Pb: 3,93 persen, . Fe: 1,9 persen, . Ni: 0,09 persen) Dari komposisi Hasil lab ini untuk sementara disimpulkan koin ini bukanlah berfungsi sebagai alat tukar, melainkan semacam Amulet.
Amulet adalah bagian dari kebudayaan yang belum diungkap oleh ilmu pengetahuan dan sering dikategorikan mistik, Amulet di Indonesia memiliki akar budaya yang sudah sangat tua, turun-temurun masih ditemukan hingga kini. bentuknya bukan hanya logam tapi bisa berbentuk lain.
Pembuatan sebuah amulet yang berkualitas tidaklah mudah. Biasanya dimulai dari pemilihan material, pemilihan waktu menurut numerology, astrology , pemilihan images (semacam reliefi). Biasanya koin Amulet dipilih berdasarkan kondisi yang dianggap mewakili tingkat tertentu kemajuan peradaban yang kemudian dihormati dan dianggap suci. Karena itu simbolnya adalah manusia atau simbol hewan yang merepresentasikan kebudayaan atau teknologi maju tertentu.
Gunung-Padang-Artefak-koin-gunung-padang vs koin belanda 1945 02 by Lutfi Yondri
Relief dalam Koin Amulet Gunung Padang masih belum dapat disimpulkan, masih dianalisa. Ada beberapa dugaan relief yang muncul menyerupai tradisi suku maya, seperti tokoh wayang semar, seperti bagian tertentu kalender Sunda Wiwitan, seperti Airlangga hingga mirip kepala manusia menghadap ke kanan menggunakan helm dan sedang menaiki kendaraan tertentu.
Warna koin logam berwarna hijau kecokelatan. Ukurannya sangat kecil berdiameter 1,7 sentimeter dan permukaanya datar. Pada koin itu terdapat lingkaran yang sangat banyak motif, seperti motif gawangan disamping lingkaran koin, lalu di dalamnya ada garis melingkar pada semua bagian koin. Uniknya garis melingkar itu ternyata berbentuk untaian lingkaran yang sangat kecil sekali, dan diameternya sekitar 0,3 milimeter dengan jumlah sebanyak 84 lubang. Lalu tebal koin ini hanya 1,5 milimeter.
Berdasarkan lokasi di kedalaman penemuan bentuk koin itu, perkirakan usianya minimal 5200 SM. Seberapa tua usia pastinya, sulit untuk memastikannya, namun bisa disimpulkan bahwa koin Amulet itu minimal berumur 5200 SM. Memang usia yang tua dari koin amulet ini apalagi dengan teknik peleburan 4 unsur termasuk Nikel ini jauh dari apa yang selama ini kita ketahui tentang logam atau metalurgi dan peleburan logam di sejarah Indonesia dan dunia.
“The Rolling Stone” Gunung Padang
the rolling stone gunung padang
Dalam penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang dibantu TNI Angkatan Darat pada bulan Oktober 2014 lalu ditemukan sebuah batu dengan bentuk yang unik di lorong yang ada di kedalaman 12 meter. Materi batu itu berbeda dari materi batu yang ada di sekitarnya. Ini membuktikan lorong tersebut dibangun oleh manusia.
Menurut peneliti TTRM Erick Ridzky, sebuah batu lain di dinding dapat diputar-putar dan masih belum diketahui apa fungsinya. Para peneliti sepakat untuk sementara menamakan batu itu batu yang berputar atau rolling stone.
Batu Piramida Tiga Sisi
Gunung-Padang-Artefak-Piramida-Nusantara
Seorang penduduk pernah menemukan yang diyakini juga sebuah artefak Gunung Padang yang terbuat dari batu. Ia adalah Juru Pelihara (Jupel) Situs Gunung Padang bernama Pak Nanang.
Dia menyerahkan temuan artefak menyerupai struktur ‘Piramida Nusantara’ itu kepada Tim Riset Terpadu Mandiri (TTRM), pada Selasa (16/9/2014). Artefak ini ditemukan Pak Nanang pada tahun 2010 lalu, dan selama ini selalu ia simpan.
Pak Nanang menyerahkan yang diduga artefak ini karena mengamati bagaimana Tim Riset memperlakukan secara serius temuan artefak-artefak sebelumnya. Kini Tim arkeologi sedang mengkaji temuan artefak itu, karena bentuk simetrisnya sangat penting dan mendekati miniatur ‘Piramida Nusantara Gunung Padang’.
Tim Arkeologi akan mengunjungi siapa yang menemukan, dimana ditemukannya dan apakah memang bagian dari artefak situs ini. Tim Riset Terpadu Mandiri mengucapkan terima kasih atas spontanitas warga setempat yang mau menyerahkan artefak ini untuk diteliti.
Semoga artefak-artefak lainnya yang mungkin selama ini telah ditemukan lalu disimpan oleh siapapun, agar menyerahkan kepada tim guna diteliti untuk menguak misteri situs megalith Gunung Padang ini.
Megalith Padang Hills Gunung Padang West Java Indonesia
Antara Data Laboratorium dari Opini dari Jauh
Ada semacam kekeliruan seolah-olah Tim Terpadu Riset Mandidi (TTRM) TTRM sengaja mentuakan umur situs Gunung Padang ntuk menciptaan kebanggaan bahwa ada situs lebih tua dari Piramida Giza dan peradaban lainnya. Menurut MetroTV, ini upaya mencari popularitas, mencari tanda jasa.
Kekeliruan lainnya adalah soal sengaja memodernkan peradaban di era yang tidak sinkron dengan temuan semen. Bahkan untuk kata semen saja TTRM dilarang mempergunakannya. Bahkan secara gegabah beberapa arkeolog tanpa pernah melihat temuan koin langsung  membelandakan artefak yang  ditemukan di kedalaman 11 meter.
Di bawah ini  ditulis oleh Staf Khusus Presiden, inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri agar tidak simpang siur dan kita bisa melihat temuan Gunung Padang dengan objektif, kami paparkan enam  artefak.  TTRM hanya menyampaikan informasi berdasarkan analisa dan dibantu oleh informasi laboratorium dalam dan luar negeri. Semua laboratorium tempat TTRM menguji temuan adalah laboratorium yang biasa juga dijadikan tempat para arkeolog dan geolog menguji temuan-temuan lain.
1. Di tahun 2013 spot eskavasi arkeologi DR Ali Akbar  dan tim arkeolog UI menemukan dua hal penting.
Pertama, logam sepanjang 10 cm dalam keadaan berkarat. Logam itu ditemukan di lereng timur pada kedalaman satu meter.
Kedua, tim itu juga menemukan semacam  sambungan antar batu. Temuan tim arkeologi ini kemudian didiskusikan dengan tim geologi dan tim petrografi serta sudah diuji di laboratorium Metalurgi dan Mineral Fakultas Tekni Universitas Indonesia.
Dari hasil uji lab  terdapat kandungan Fe 35, Fe 31,  Si 11,95,  Al 04,8,  0 42,  C 0,5 yang artinya ini  adalah logam hasil pembakaran batuan untuk mengkonsentrasikan metal dan kelihatannya masih tercampur dengan clinkers atau carbon.
Ini dapat dilihat dari komposisi Fe dan O yang dominan dan Silika dan Alumunium, serta Carbon. Rongga-rongga kecil di sekujur logam itu juga mengindikasikan proses pembakaran. Bahan pembakarnya bisa carbon dari kayu atau dari batubara atau dari minyak bumi.
2. Orientasi struktur batu.
Pertama, orientasi struktur batu di lereng timur adalah rebah (horisontal) timur-barat. Sementara itu orientasi struktur batu di lereng utara adalah rebah utara-selatan. Secara alami, columnar joint di dalam tanah posisinya berdiri (vertikal). Jika columnar joint secara alami rebah, maka orientasinya akan seragam misalnya seluruhnya mengarah ke utara.
Kedua, struktur batu columnar joint yang ditemukan di kedalaman 4 meter disimpulkan  oleh tim geologi dan tim petrografi diselingi lapisan semen purba, perekat atau suar.
Semen purba tersebut berfungsi sebagai perekat sehingga struktur bangunan menjadi sangat kokoh. Dari hasil lab,  pada semen tersebut terdapat mono cristallin quartziron-magnesium oxides dan clay. Oxide mengandung hematite, magnetite, dan unsur lainnya yang bukan berasal dari pelapukan batu columnar joint.
Temuan semen purba juga didapat dari hasil bor sampling yang dilakukan oleh geolog DR. Andang Bachtiar  berdasarkan sejumlah pemindaian seperti geolistrik, georadar dan lain-lain oleh DR Danny Hilman dan tim, menunjukkan sampai kedalaman 18 meter terdapat susunan batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang disusun manusia. Pengeboran tersebut juga menemukan semacam semen purba di antara columnar joint.
Melalui analisis yang sangat hati- hati DR. Andri S, seorang petrograf menyatakan semen tersebut bukan batuan alami melainkan adonan yang berfungsi sebagai perekat. Berdasarkan hasil uji lab  komposisi semen itu terdiri dari 41 persen kuarsa mono kristalin, 45 persen oksida besi magnesium dan 14 persen lempung. Sementara oksidannya terdiri dari 11 persen hematite, 29 persen magnetite dan beberapa jenis oksida besi yang tidak spesifik sebesar 5 persen.
3. Temuan pasir halus saat coring di tahun 2012 cukup mengagetkan. Berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap pasir halus ayak yang dikumpulkan pada saat pengeboran di teras 5 sampai dengan kedalaman 15 meter, diperoleh informasi bahwa pasir ayak tersebut terdiri dari  konsentrat butiran kuarsa 68 persen, oksida besi magnesium 22 persen dan silikat gelas 10 persen. (lihat video Paparan Pasir halus) / hasil lab).
Menurut DR. Andang Bachtiar, tidak ditemukannya lempung atau clay dalam komposisi tersebut diinterpretasikan sebagai pasir piramid atau pyramid sand. Hasil  ini, lanjutnya, diperkuat dengan analisis laboratorium difraksi X-ray. Oksida besi di semen dan pasir Piramid Gunung Padang menjelaskan adanya “proses” intervensi manusia dengan pemanasan dan pembakaran untuk memurnikan konsentrasi.
4. Temuan riset Gunung Padang yang cukup dahsyat adalah “Kujang”.
“Bentuknya seperti senjata. Ada bagian pegangan, semacam pinggang, bagian bilah yang bifacial, tajaman dibuat dari dua sisi. Benda yang ditemukan ini terbuat dari batu,” DR. Ali Akbar mendeskripsikan.
Karena menyerupai bentuk senjata tradisional kujang, DR. Ali Akbar untuk sementara ini sebagai ‘Kujang Gunung Padang”. Nama asli benda itu belum diketahui persis karena berasal dari masa prasejarah yakni suatu perioede ketika manusia belum mengenal huruf.
Periode penghunian situs Gunung Padang yang telah diketahui minimal mulai 5200 SM sampai minimal 500 Masehi. Artefak ini ditemukan di lokasi kurun waktu minimal 5200 SM. Artinya bisa saja lebih tua usianya.
Hasil pemeriksaan laboratorium mengejutkan, dan mengubah pengetahuan manusia mengenal logam. Kujang Gunung Padang memberi pesan pada dunia bahwa sudah pernah ada teknologi tinggi di bumi Indonesia yang sementara baru ditemukan di Kecamatan Cempaka, Cianjur, Jawa Barat di lokasi piramida nusantara atau bawah permukaan situs Gunung Padang.
Uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium ITB oleh DR. Bagus Endar dkk memperlihatkan bahwa artefak itu mengandung metal dan tersebar merata di seluruh artefak. Geometri artefak rumit dan unik, mengandung unsur segitiga di sepanjang artefak. Pola titik berat di sepanjang artefak sekilas terlihat berbentuk helix atau kurva helical yaitu paduan atau penjumlahan dua buah fungsi sinus yang berbeda sumbu dan berbeda fasa. DR. Didit Ontowirjo dalam penelitiannya menemukan serat seperti kawat di dalam kujang itu.
gunung padang satelit
5. “Koin Gunung Padang” adalah artefak yang cukup mendapat perhatian serius bukan hanya di kalangan arkeolog, kalangan numismatik, namun juga masyarakat luas. Koin ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim peneliti untuk mengungkapnya. Apakah koin yang berada dalam bawah permukaan situs itu alat tukar, ataukah memiliki fungsi lain.
Beberapa arkeolog dan ahli numismatik menyatakan koin itu mirip koin Belanda. Sementara beberapa kalangan menyatakan justru Belanda yang meniru koin Gunung Padang. Sementara tokoh-tokoh sepuh yang memiliki kearifan lokal mempunyai pandangan lain bahwa bentuk koin itu bukan alat tukar.
Tim Peneliti mendapatkan hasil analisa Laboratorium Metalurgi Universitas Indonesia. Hasil analisa laboratorium menunjukkan meski tembaga sebagai unsur dominan dalam koin itu, namun koin masih ada 3 unsur lain yaitu iron, timbal dan nikel (Cu: 92,4 persen, Pb: 3,93 persen, Fe: 1,9 persen, Ni: 0,09 persen).
Dari komposisi hasil lab ini untuk sementara disimpulkan koin ini bukanlah berfungsi sebagai alat tukar, melainkan semacam amulet.
Amulet adalah bagian dari kebudayaan yang belum diungkap oleh ilmu pengetahuan sering dikategorikan mistik. Amulet di Indonesia memiliki akar budaya yang sudah sangat tua, turun temurun masih ditemukan hingga kini. Bentuknya bukan hanya logam tapi bisa berbentuk lain.
Pembuatan sebuah amulet yang berkualitas  tidaklah mudah. Biasanya  dimulai dari pemilihan material, pemilihan waktu  menurut numerologi, astrologi, pemilihan images (semacam relief). Biasanya koin amulet dipilih berdasarkan kondisi yang dianggap mewakili tingkat tertentu kemajuan peradaban yang kemudian dihormati dan dinggap suci. Karena itu simbolnya adalah manusia atau simbol hewan yang merepresentasikan kebudayaan atau teknologi maju tertentu.
Relief dalam koin amulet Gunung Padang masih belum dapat disimpulkan, masih dianalisa. Ada beberapa dugaan relief yang muncul menyerupai tradisi suku Maya, seperti tokoh wayang semar, seperti bagian tertentu kalender sunda wiwitan, seperti Airlangga hingga mirip manusia menghadap ke kanan kepala menggunakan helm dan sedang menaiki kendaraan tertentu.
Bentuk koin ini ditemukan  tengah malam tanggal 15 September saat  pengeboran mencapai kedalaman 11 meter. Koin terangkat bor melalui saluran pembuangan limbah, sehingga koin itu berbentuk utuh tidak rusak. Coring menggunakan mata bor kecil berdiameter 5 sentimeter, disamping sisi kiri dan kanan bor ada saluran air agar memudahkan pengeboran, lalu dikeluarkan melalui saluran sisi lainnya. Di saat saluran air itu berjalan, koin itu terangkat. Sehingga bentuk koin tersebut masih sangat utuh.
Warna koin logam berwarna hijau kecokelatan. Ukurannya sangat kecil berdiameter 1,7 sentimeter dan permukaanya datar. Pada koin itu terdapat lingkaran yang sangat banyak motif, seperti motif gawangan disamping lingkaran koin, lalu di dalamnya ada garis melingkar pada semua bagian koin.Uniknya garis melingkar itu ternyata berbentuk untaian lingkaran yang sangat kecil sekali, dan diamternya sekitar 0,3 milimeter dengan jumlah sebanyak 84 lubang. Lalu tebal koin ini hanya 1,5 milimeter.
Berdasarkan lokasi di kedalaman penemuan bentuk koin itu perkirakan usianya minimal  5200 SM. Seberapa tua usia pastinya, sulit untuk memastikannya, namun bisa disimpulkan koin amulet itu minimal berumur 5200 SM. Memang usia yang tua dari koin amulet ini apalagi dengan teknik peleburan 4 unsur termasuk Nikel ini jauh dari apa yang selama ini kita ketahui tentang logam, peleburan logam di sejarah Indonesia dan dunia.
6. Carbon dating untuk mengetahui usia situs.
Hasil uji Lab BATAN terhadap umur situs Gunung Padang seperti pernah diberitakan sebelumnya menyebutkan bahwa ia lebih tua dari Piramida Giza, Mesir.
Merujuk hasil pengujian carbon dating Lab BATAN dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman 4 meter pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman 8 s/d 10 meter pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun.
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 hingga 25000 SM, atau atau lebih tua.
Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yang di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.
Gunug Padang didirikan bukan pada satu zaman jadi artefak bisa berasal dari masa yang berbeda-beda
Perlu diketahui bahwa menurut penelitian, situs ini didirikan bukan pada satu zaman, melainkan dibangun dalam beberapa generasi. Arkeolog meyakini bahwa awalnya situs ini tak setinggi sekarang, namun jauh lebih pendek pada awal masanya. Lalu, situs ini kembali dibangun pada bagian atasnya pada generasi berikutnya, lalu dibangun lagi pada generasi sesudahnya. Begitu seterusnya hingga setinggi sekarang.
Jadi, bisa saja semua penemuan artefak-artefak diatas berasal dari masa berbeda-beda. Masa sejak awal Gunung Padang didirikan, masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha, hingga pada masa kolonial Belanda, mengingat situs ini sempat didatangi dan diteliti juga pada era kolonial Belanda, hingga pada tahun 1970-an.

Lapisan gunung padang cianjur
Sepanjang sejarahnya, situs ini selama ribuan tahun pernah didatangi dari beberapa generasi. Dan yang mendatanginya dari berbagai lintas generasi, berbagai lintas waktu dan peradaban, dengan berbagai keperluan, mulai dari upacara ritual hingga penelitian di zamannya.
Artinya bisa saja artefak-artefak seperti gerabah dan keramik adalah bagian dari sebuah alat untuk suatu acara ritual. Begitu pula dengan koin yang bisa jadi adalah koin pada masa kolonial Belanda yang pernah mendatangi tempat ini. Tapi untuk artefak yang terbuat dari batu atau semen purba, sudah pasti menjadi kesimpulan yang berbeda.
Namun, jika melihat berbagai penemuan artefak-artefak di Gunung Padang ini menunjukkan suatu kesimpulan, bahwa warga yang sudah menetap di situs itu pada ribuan tahun lalu sebelum ada Piramida Mesir bahkan sebelum ada Machu Picchu, ternyata telah ada populasi manusia dengan jumlah besar, dan mempunyai struktur sosial.
Mereka adalah warga yang sudah teratur, mampu bekerja sama dengan baik, bergotong royong dan mampu membuat bangunan yang besar.  Dengan luas Gunung Padang yang diperkirakan lebih luas dari Borobudur, pastinya dibutuhkan banyak tenaga manusia. Artinya, masyarakat kala itu sudah memiliki kemampuan dalam menyediakan pasokan makanan dan minuman sebagai kebutuhan.
Hasilnya kita lihat saja nanti, bagaimana dunia arkeologi sejagad bisa jadi akan terperanjat, melongo dan terpana oleh kejayaan dan keterampilan brilian nenek moyang Nusantara dimasa itu, dimana nenek moyang mereka mungkin masih sibuk di dalam goa, sementara nenek moyang kita sudah mampu membuat bangunan dengan teknologi yang hingga kini masih dipakai. (olah data: IndoCropCircles, sumber bahan: detik.com / rmol / kompas.comrajabasanews.com)
gunung padang Cianjur, West Java, IndonesiaArtefak Gunung-Padang Java Indonesia banner
https://indocropcircles.wordpress.com/2014/09/19/misteri-artefak-artefak-di-gunung-padang/

Gunung Padang – PART 8

Lebih Tua Dari Machu Picchu, Situs Gunung Padang Yang Tak Ternilai Dipaculi Tanpa Prosedur Arkeologi Yang Benar!

Gunung Padang Cianjur
“Dalam ilmu arkeologi, setiap senti lapisan menyimpan rekaman jejak dari masa lalu. Jadi, arkeologi itu tidak hanya memburu benda, tetapi juga memburu dan menjaga rekam jejak dari masa lalu tersebut.”
Gunung Padang Cianjur kembali menjadi perbincangan. Setelah muncul isu-isu mengenai legenda situs megalitikum di Cianjur itu, kini soal lain muncul. Foto-foto penggalian yang dilakukan TNI menjadi bahan perbincangan di sejumlah forum para pemerhati Gunung Padang.
“Ya foto itu beredar, dan memang kalau dilihat ada prosedur yang tak sesuai,” terang arkeolog, Luthfi Yondri saat berbincang, pada Senin (15/9/2014).
TNI memang dilibatkan dalam proses eskavasi yang kembali dimulai di Gunung Padang. Eskavasi kali ini dipimpim tim Mandiri yang bekerja sama dengan Pemprov Jabar, Pemkab Cianjur, dan TNI.
Luthfi mengaku apa yang dilakukan TNI dengan menggali menggunakan pacul memang disayangkan. Dikhawatirkan, dalam penggalian lewat pacul itu ada bahan arkeologi yang hilang atau rusak.
Gunung Padang dipacul TNI 03
Ini bukan foto ketika ABRI Masuk Desa atau lebih dikenal pada masa Orba sebagai AMD, tapi ini adalah penggalian situs mahakarya nenek moyang Indonesia yang tak ternilai, Situs Megalitikum Gunung Padang Cianjur, yang menurut para arkeolog diperkirakan berumur sekitar 20.000 tahun.
“Kalau buat di arkeologi setiap senti lapisan menyimpan rekaman jejak masa lalu. Arkeologi itu tidak hanya memburu benda, tetapi juga memburu masa lalu,” imbuh dia.
Menurut arkeolog dari Balai Arkeologi Nasional ini, dari foto-foto penggaliannya ada prosedur, ada tahapan yang dilangkahi. Dalam arkeologi, saat kita menggali harus mengerti lahan yang kita gali, harus jelas semuanya.
“Di Gua Pawon saja, karena di sana banyak peninggalan, kita menggali dengan tusuk gigi,” terang dia.
Jadi, menurut Luthfi, yang perlu disadari apakah penggalian dengan pacul itu di lokasi yang sudah aman atau hanya asal gali saja. Luthfi memberi catatan soal penggalian yang dilakukan TNI itu.
“Saya bisa mengatakan, banyak hal yang ditinggalkan dari sisi arkeologi. Kemudian apakah di sana ada pengawasan, ada pencatatan, karena setiap lapisan tanah dibuka mesti ada pencatatan,” tutup dia.
Gunung Padang dipacul TNI 02
TNI: Kami di Sana Hanya Membantu
Eskavasi Gunung Padang kembali dilakukan. Kali ini, penggalian ikut melibatkan TNI. Namun ada yang menjadi bahan perbincangan sejumlah arkeolog. Metode TNI yang melakukan penggalian dinilai tak sesuai prosedur. Karena dalam arkeologi, penggalian harus berhati-hati tak asal pacul. Mesti ada pencatatan setiap bagian lapisan tanah. Apa kata TNI soal itu?
“Kita diminta membantu karena ada anggota di sana yang tiap saat membantu,” jelas Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya saat dikonfirmasi, Senin (15/9/2014). Menurut Fuad, bagi yang protes dengan apa yang dilakukan TNI dipersilakan saja. Pastinya, TNI tak asal melakukan penggalian, ada tim arkeolog yang ikut mendampingi.
“Kalau protes, ya protes saja. Yang bidang purbakala di sana mereka ada timnya. Kita TNI hanya mengerjakan, bukan ahli. Kita hanya membantu. Jadi kalau ada proses yang salah, prosedur yang salah ya tanya saja sama ahlinya yang kelola itu. TNI intinya hanya membantu,” tegas Fuad.
Sedangkan Komandan Kodim (Dandim) Cianjur Letkol Infanteri Moch. Andi memastikan bantuan anggota TNI AD di sekitar situs Gunung Padang telah sesuai prosedur. Mengenai penggunaan cangkul pun tidak bertujuan merusak situs karena memang dilakukan untuk pembersihan area.
“Kita membantu tim, membantu dalam artian kita menyiapkan semuanya seperti clearing sector. Sebelumnya kan rimbun sekali, banyak pohon-pohon kecil, semak belukar,” ucap Moch. Andi di lokasi situs, Selasa (16/9/2014).
Gunung Padang dipacul TNI 01
Untuk proses ekskavasi pun, anggota TNI juga didampingi oleh tim nasional ekskavasi Gunung Padang sehingga apabila ada angg‎apan bahwa TNI bekerja seenaknya sendiri maka itu adalah kesalahan.
“Kita hanya membantu saja, kita tidak mungkin seperti berita selentingan TNI mencangkul merusak. Kita bekerja mencangkul itu, atau membuat ekskavasi ada tim, tidak sembarangan, diawasi, tidak sampai merusak,‎” ucapnya.
Andi juga memastikan bahwa reaksi masyarakat sangat kooperatif dengan bantuan dari TNI. Bahkan, anggota TNI juga tidur dan makan di rumah-rumah warga. Andi juga mengatakan bahwa TNI terus mendampingi tim karena memang sudah ditugaskan demikian.
“Kami ada 150 personel, bergantian. Sebelumnya juga kami melaksanakan karya bakti itu membangun rumah, pengecatan masjid, sekolah. Lalu kami membantu tim di Gunung Padang,” tutur Andi.
TNI Bahu Membahu Bangun Landasan Pendaratan Helikopter atau Helipad
gunung padang helipad Sept 2014Sebanyak 30 personel Batalion Zikon 13 TNI AD menggarap fasilitas penunjang di sekitar situs megalitikum Gunung Padang.
Mereka membangun helipad. Rencananya akan digunakan oleh rombongan Presiden SBY.
Pantauan di lokasi di Gunung Padang, Cianjur, Selasa (16/9/2014), sejumlah anggota TNI menggotong paving block yang akan dipasang sebagai landasan berukuran sekitar 30 m x 10 m.
Posisi helipad berada di luar situs Gunung Padang sehingga tidak mengganggu situs bersejarah itu.
“Kami sudah 1 bulan di sini, tapi menggarap helipad ini baru 2 minggu. Sebelumnya menggarap tempat parkir,” ujar salah satu anggota TNI, Letnan Agung saat ditemui di lokasi.
Tampak anggota TNI meratakan tanah untuk kemudian dipasang paving block. Kesulitan yang dihadapi yaitu curamnya akses menuju ke helipad sehingga paving block yang akan dipasang harus diangkat secara manual dari kaki bukit.
Target untuk menyelesaikan helipad itu direncanakan sampai tanggal 20 September 2014. Sementara, penggarapan helipad terus dikejar meski akses ke lokasi sedikit menyulitkan.
Rencananya, SBY akan mengunjungi situs Gunung Padang pada bulan Oktober 2014. Tentunya akses menuju situs akan lebih dekat dan mudah apabila melalui helipad sebab posisinya sekitar 100 meter saja dari situs.
Banyak Ilmuwan Asing Tertarik Oleh Gunung Padang
Banyaknya minat ilmuwan asing untuk ikut meneliti situs megalitikum Gunung Padang di Ciaqnjur Jawa Barat, makin hari semakin besar. Hal ini disebabkan oleh hasil data dari laboratorium Beta Analytic Miami, Florida.
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua.
perbandingan borobudur dan gunung padang cianjur
Perbandingan besar antara Situs Borobudur dengan Situs Gunung Padang Cianjur
Sementara beberapa sample tetap konsisten dengan apa yang di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.
Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya, tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN, namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya.
Padahal hasil yang diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium nasional seperti BATAN.
Berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:
1. Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali Akbar, anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN)
2. Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN)
3. Umur lapisan ‘tanah urug’ di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia) dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah ‘Teras 5′ pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida)
4. Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan)
5. Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).
Kini laporan riset itu telah dilaporkan ke presiden.
mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang
Peneliti: Gunung Padang Lebih Tua Daripada Machu Picchu
Situs prasejarah Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali menjadi bahan perbincangan. Karena beberapa pihak mengklaim ada bangunan yang tertimbun di bawah situs megalitik tersebut.
Namun, di luar kontroversi mengenai kebenarannya, situs prasejarah Gunung Padang sangatlah menarik diliat dari tinjauan arsitektur. Bentuknya yang berundak mengindikasikan adanya peradaban tinggi di zaman nenek moyang bangsa Indonesia.
Menurut anggota tim peneliti situs Gunung Padang, Pon S Purajatnika, situs ini didirikan pada tahun 2500 SM-1000 SM. Menjadikannya situs yang lebih tua dibanding bangunan Machu Picchu di Peru, Amerika Selatan, yang berdiri sekitar tahun 1460-1470 Masehi.
“Lima abad setelah situs Gunung Padang berdiri, barulah ada Machu Picchu di Peru. Bangunan ini memakai metode dan pilihan lokasi yang sama,” kata Pon dalam acara diskusi ‘Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional’ di Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (7/2/2014) lalu.
machu-picchu-cusco-peru
Situs Machu Picchu di Peru yang mendunia ini baru ada setelah Gunung Padang dibuat oleh nenek moyang Indonesia.
Situs Gunung Padang terletak di antara dua kampung: kampung Gunung Padang di timur dan kampung Cipanggulan di sebelah barat. Bangunan berundak ini pertama kali ditemukan warga di tahun 1979 di ketinggian 885 meter di atas permukaan laut. Seperti dikatakan Pon, Machu Picchu di Peru juga berdiri di lokasi yang sama yakni di atas dataran tinggi sekitar 2.430 meter di atas permukaan laut.
Salah satu arkelog Gunung Padang, Lutfi Yondri, menyebutkan, jika situs itu merupakan punden berundak yang dibangun dari batuan vulkanik yang berbentuk persegi panjang, terdiri dari balok-balok batu.
Balok tersebut masuk dalam kelompok batuan beku andesit berwarna hitam, berkristal halus sampai sangat halus, masif, kompak, keras, dan sebagian permukan batuannya telah mengalami pelapukan yang ditandai mineral berwarna kuning kecoklatan.
Secara keseluruhan konstruksi punden berundak Gunung Padang terdiri dari lima teras yang masing-masingnya mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Teras pertama merupakan teras terbawah mempunyai ukuran paling besar yang kemudian berturut-turut sampai teras kelima ukurannya makin mengecil.
gambar-teras-1-di-situs-gunung-padang-cianjur 01
“Teras pertama untuk masyarakat dan upacara pengorbanan, teras kedua untuk pimpinan dan terdiri dari lima tempat duduk,” kata Pon yang juga mantan Ketua Himpunan Arsitektur Jawa Barat.
Sedangkan pada teras ketiga ada lima bangunan yang merupakan kelompok batu tegak. Teras keempat terdapat tiga bangunan lagi yang terletak di bagian timur laut teras. Terakhir, teras kelima dianggap paling suci, terletak di bagian paling ujung tenggara dan jadi teras tertinggi.
“Bangunan Gunung Padang menunjukkan betapa dia bisa bertahan dari berbagai bencana hingga sekarang,. Masyarakat di masa itu sudah arif bijaksana dalam menyusun bangunan yang ada,” kata Pon lagi.
(sumber: detik.com 1 2 3 4 / nationalgeographic.co.id / foto: facebook.com)
gunung padang rusak dipaculihttps://indocropcircles.wordpress.com/2014/09/15/waduh-lebih-tua-dari-machu-picchu-gunung-padang-dipaculi-asal-asalan-gunung-padang-part-7/

Situs Gunung Padang – PART 7

Kunjungi Situs: Presiden Ingin Situs Gunung Padang Dibuat Wisata Seperti Borobudur

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan dalam kunjungan ke situs megalith Gunungpadang di kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur Jawa Barat menggunakan moda transprtasi kereta api (KA) Pangrango, yang berangkat dari stasiun Bogor sejak pagi hari Selasa (25/2/2014) menuju ke Sukabumi (lihat video dibawah halaman).
Di sepanjang stasiun yang dilintasi, warga antusias menunggu untuk melihat langsung kepala negara. Hingga memasuki stasiun Kota Sukabumi, rombongan Presiden bersama sejumlah pejabat negara SBY turun di Stasiun Lampegan.
Lalu melanjutkan perjalanan menuju Campaka Cianjur dan tiba di situs purba  Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (25/2/2014) siang.
sby ke gunung padang cianjur 01
KA Pangrango yang dinaiki rombongan SBY melewati stasiun Cigombong, Sukabumi.
Sesampainya di Gunung Padang sekitar pukul 12.25 Wib, presiden dan istri dari dalam mobil menyapa warga yang berjubel di halaman parkir Gunung Padang.
“Asalamualaikum,” kata SBY maupun Ani Yudhoyono sambil melambaikan tangan ke arah kerumuan warga.
SBY, yang berkemeja dan bercelana hitam ditambah rompi cokelat, langsung menyapa warga. SBY pun duduk di kantor pusat informasi Gunung Padang.
Ia mendengarkan pemaparan singkat tentang Gunung Padang. Ia pun sempat pergi ke arah belakang menuju toilet setelah mendengarkan paparan.
Itu ia lakukan untuk persiapan sebelum naik ke puncak Gunung Padang. Sebelum menaiki sekitar 700 anak tangga menuju situs Gunung Padang, tekanan darah Presiden dan Ibu Negara beserta rombongan diukur lebih dulu oleh tim kesehatan.
Situs berada di ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Untuk menuju ke puncak, terdapat undak-undakan atau tangga dari batu.
sby ke gunung padang cianjur 02
Sebelum naik Gunung Padang, Presiden memimpin peregangan otot diikuti seluruh peserta rombongan.
Presiden kemudian memimpin peregangan otot diikuti seluruh peserta rombongan, yang dilanjutkan dengan memimpin doa. “Semoga niat baik kita diridhoi Allah,” kata Presiden SBY.
Kedatangan Presiden SBY disambut oleh Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan putra bungsu Presiden, Edhi Baskoro Yudhoyono.
Hadir dan didampingi pula oleh Kapolda Jabar Irjen M Iriawan, dan Wakil Kepala Polda Jabar Brigjen Rycko Amelza Dahniel, Kadispenal Laksma Untung Suropati, Wadansekoal Laksma Y Achmad H dan Danseskoal Laksda DA Mamahit, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menko Kesra Agung Laksono.
SBY Siapkan Keppres Penelitian Situs Gunung Padang
SBY memilih anak tangga di sebelah kanan pintu utama Gunung Padang. Lantas ia pun langsung naik ke situs itu. Sesekali ia berhenti untuk mendengarkan penjelasan dari TTRM. Namun tak ada kesan ia terlihat lelah menyusuri anak tangga.
Ada dua jalur untuk mencapai puncak Gunung Padang. Jalur pertama (awal) hanya terdapat sekitar 380 anak tangga. Meskipun sedikit, namun perjalanan lebih melelahkan karena lebih curam. Masyarakat di sana menyebutkan tangga Inohong.
Setelah dilakukan pemugaran, dibuka jalur alternatif dengan titian anak tangga berjumlah 720 buah. Meskipun lebih banyak namun medan yang ditempuh lebih landai.
sby ke gunung padang cianjur 03
SBY dan rombongan memilih anak tangga di sebelah kanan pintu utama Gunung Padang.
Rasa lelah setelah meniti hampir 720 buah anak tangga seakan hilang, setelah melihat tumpukan batu punden berundak di puncak Situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka.
SBY pun terus melanjutkan perjalanannya hingga sampai di teras pertama situs Gunung Padang untuk mendengarkan paparan lagi. SBY sangat mendukung penelitian terhadap Gunung Padang. Ia pun ingin penelitian tetap dilanjutkan. Menurutnya, penelitian dan pemugaran situs itu harus dituntaskan.
sby ke gunung padang cianjur 04
Melihat tumpukan batu punden berundak di puncak Situs.
SBY menegaskan tentang pentingnya sebuah kebijakan untuk menuntaskan penelitian Gunung Padang secara tuntas.
SBY memberi instruksi soal pengorganisasian, penetapan area penelitian dan pemugaran, pembagian tugas dan tanggung jawab, anggaran dan logistik yang diperlukan, proteksi atau pengamanan ketika penelitian atau pemugaran dilaksanakan.
“Ini menjadi suatu operasi tersendiri, dan ini harus kita tuangkan nanti dalam keputusan dan peraturan Presiden yang tentu juga memberikan peran, wewenang, dan tanggung jawab kepada Pemerintah Daerah Jawa Barat untuk juga berkontribusi sehingga penelitian akan dilaksanakan secara paripurna,” kata SBY seperti dilansir situs setkab.go.id dan presidenri.go.id.
Presiden SBY akan mengeluarkan keputusan presiden (keppres) guna menuntaskan penelitian situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
sby ke gunung padang cianjur 05
SBY diberi penjelasan oleh staf khusus presiden.
“Negara memiliki kewajiban untuk menuntaskan penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan pemugaran,” kata Presiden SBY.
Untuk itu, Presiden SBY akan mengeluarkan keppres dan peraturan presiden (perpres) guna memperjelas organisasi pemugaran situs megalitik yang ditaksir berusia 7.000-10.000 tahun itu.
Keppres dan Perpres tersebut juga mengatur penetapan area penelitian, pembagian tugas, dan tanggung jawab anggaran, serta logistik yang diperlukan.
“Ini harus kita tuangkan dalam Keputusan dan Peraturan Presiden yang tentu juga memberikan peran, wewenang, dan tanggung jawab kepada Pemda Jabar untuk juga berkontribusi sehingga penelitian akan dilaksanakan secara paripurna,” ujar SBY.
sby ke gunung padang cianjur 06
SBY diberi penjelasan oleh staf khusus presiden
Kerja keras Tim Terpadu Riset Mandiri (TPRM) Situs Megalitikum Gunung Padang dalam tiga tahun terakhir sangat intensif meneliti situs tersebut guna mengungkap sejarah peradaban leluhur bangsa Indonesia melalui situs peninggalan yang mereka sebut luar biasa (extraordinary) itu.
“Saya berikan apresiasi setingi-tingginya kepada peneliti yang tidak kenal lelah, banyak yang tidak percaya, yang mengganggu tapi semua semangat, ini awal yang baik meski belum rampung dan mudah-mudahan bisa kita tuntaskan,” puji Presiden Yudhoyono.
Any Yudhoyono kagumi “Batu Gamelan”
Ibu negara Ani Yudhoyono penasaran ketika salah seorang peneliti yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang menunjukkan sebuah batu yang bisa mengeluarkan nada. Layaknya seorang nayaga, Ani pun duduk dengan melipatkan kedua kakinya ke arah kiri di hadapan batu tersebut.
Seperti memegang alat musik kecapi, tangan kiri Ani seolah-olah memegang grip dan tangan kanannya memukul batu itu biar mengeluarkan suara. “Ternyata orang-orang zaman dulu itu hebat juga ya?” ujar Ani.
sby ke gunung padang cianjur 07
Ibu negara Ani Yudhoyono duduk dengan melipatkan kedua kakinya ke arah kiri di hadapan batu yang bisa mengeluarkan nada. Seperti memegang alat musik kecapi, tangan kiri ibu Ani seolah-olah memegang grip dan tangan kanannya memukul batu itu biar mengeluarkan suara.
Rasa penasaran pun diperlihatkan Edhie Ibas Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Malahan dia sengaja menyerahkan telepon selulernya kepada ajudannya untuk difoto di atas batu tersebut.
Situs Gunung Padang sendiri terdiri atas lima teras (tingkatan). Di tiap teras memiliki filosofi tersendiri. Kehadiran SBY ke Gunung Padang menjadi tontonan tersendiri bagi warga Cianjur. Tak sedikit warga yang sengaja datang ke Gunung Padang untuk melihat langsung presiden bersama istri.
Berharap dapat seperti Borobudur
Presiden berharap hasil penelitian terhadap situs Gunung Padang itu akan melengkapi sejarah Indonesia, bahkan sejarah dunia. Menurut Presiden, penggalian situs Gunung Padang akan menjadi ikon sejarah warisan dan wisata, sekaligus menghormati leluhur.
sby ke gunung padang cianjur 09
Menurut Tim TPRM, luas kompleks bangunan Situs Gunung Padang berkisar 900 m2 dan berada di areal seluas 3 hektar. Hal ini menjadikan situs Gunung Padang merupakan situs punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Saat menaiki ratusan anak tangga, Presiden Yudhoyono beserta rombongan menuju teras pertama dari situs Gunung Padang yang dipercaya sebagai singgasana Prabu Siliwangi.
Pada kesempatan itu, Presiden Yudhoyono menjelaskan pentingnya penuntasan penelitian Gunung Padang. Sehingga menjadi situs yang lengkap layaknya Borobudur.
“Ini kerja besar butuh perencaanan bagus, time frame dan anggaran yang bagus. Butuh kepemimpinan dan kebijakan tepat. Kita harapkan tidak lama bisa kita tuntaskan,” ujar SBY.
Borobudur sebelum direstorasi
Borobudur sebelum direstorasi
Juga akan dilakukan penataan ulang di Situs Gunung Padang. Penataan ulang ini juga untuk menjadikan situs menjadi daerah wisata seperti Borobudur.
“Saya ingin situs ini bisa seperti Candi Borobudur. Kami akan berupaya Gunung Padang ditetapkan sebagai cagar budaya nasional,” katanya.
SBY pun ingin penelitian terhadap Gunung Padang dilakukan peneliti dari dalam negeri. Anggaran pun akan disiapkan untuk mendukung penelitian situs itu.
SBY diberi penjelasan oleh staf khusus presiden
Andi Arief, staf khusus presiden bidang bantuan sosial bencana, yang memfasilitasi Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang menjelaskan di dalam situs tersebut terdapat piramid yang umurnya lebih tua dibanding Piramid Mesir sekitar lebih dari 10 ribu tahun sebelum masehi.
Tentu saja pernyataan Andi Arief ini menuai kontroversi di kalangan para ilmuwan dan tim terpadu masih terus melakukan penelitian terkait hal itu.
Tim peneliti menemukan struktur bangunan batu buatan manusia di bawah situs purba Gunung Padang. Terdapat susunan batu kolom andesit dengan posisi mendekati horizontal memanjang barat-timur.
“Dari posisi horisontal batu-batu kolom andesit dan arah lapisannya, dapat disimpulkan dengan pasti bahwa batu-batu kolom atau “columnar joints” ini bukan dalam kondisi alamiah,” kata Danny H. Natawidjaja, Koordinator Tim Peneliti Mandiri Terpadu Gunung Padang.
sby ke gunung padang cianjur 12
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdialog bersama Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) soal situs Gunung Padang di Kampung Cimanggu, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Selasa (25/2/2014). Kedatangannya ke situs megalitikum itu ditemani istrinya, Ani Yudhoyono, dan anaknya, Edhie Baskoro. (setkab.go.id).
Temuan ini diperkuat oleh DR. Ali Akbar, tim arkeologi dari Universitas Indonesia yang mengkonfirmasi hipotesa tim bahwa di bawah tanah Gunung Padang terdapat struktur bangunan buatan manusia.
Struktur bangunan buatan manusia tersebut sama seperti struktur teras batu yang sudah tersingkap dan dijadikan situs budaya di atas bukit.
Dalam penelitian tersebut tim juga menemukan material pengisi di antara batu-batu kolom, bahkan diantaranya ada batu kolom yang sudah pecah berkeping-keping, tetapi ditata dan disatukan lagi oleh material pengisi sebagai semen purba.
Sementara, DR. Andang Bachtiar, ahli geologi tim dan juga pembina pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia pusat, menemukan fakta bahwa material semen ini mempunyai komposisi utama 45% mineral besi dan 41% mineral silika. Sisanya adalah 14% mineral lempung dan juga terdapat unsur karbon.
mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 2“Ini adalah komposisi yang bagus untuk semen perekat yang sangat kuat, barangkali menggabungkan antara konsep membuat resin atau perekat modern dari bahan baku utama silika dan penggunaan konsentrasi unsur besi yang menjadi penguat bata merah,” jelas Danny H. Natawidjaja.
Adanya kandungan silika yang tinggi ini mengindikasikan bahwa semen ini bukan hasil pelapukan dari batuan kolom andesit disekelilingnya yang miskin silika.
Kemudian, kadar besi di alam, bahkan di batuan yang ada di pertambangan mineral bijih sekalipun umumnya tidak lebih dari 5% kandungan besinya, sehingga kadar besi “semen Gunung Padang” ini berlipat kali lebih tinggi dari kondisi alamiah.
Ini menunjukkan material yang ada diantara batu-batu kolom andesit ini adalah adonan semen buatan manusia. Dengan adanya temuan ini, Andang memperkirakan teknologi masa itu sudah mengenal metalurgi.
sby ke gunung padang cianjur 11
SBY diberi penjelasan oleh staf khusus presiden.
Satu teknik yang umum untuk mendapatkan konsentrasi tinggi besi adalah dengan melakukan proses pembakaran dari hancuran bebatuan dengan suhu sangat tinggi.
Sementara fungsi Situs Gunung Padang diyakini sebagai tempat pemujaan baru sekitar 2000 tahun sebelum masehi.
“Termasuk ruang di bawah situs ini. Itu masih dalam interpretasi geofisika dan geologi dari pemindaian georadar, tomografi. Itu juga masih data geologi dan geofisika sehingga harus dibuktikan bahwa ruang itu ada,” ujar Danny.
Mengenai besarnya perhatian peneliti mancanegara terhadap situs purba Gunung Purna, Presiden SBY mengakui karena hal ini adalah luar biasa untuk mereka. Untuk itu, Presiden SBY mengingatkan perlunya kita memiliki terlebih dahulu rencana, kebijakan, dan konsep, yang tertuang dalam blue print, road map, dan rencana aksi.
The sooner the better. Sudah lama ini diketahui publik, mereka ini melihat hasil akhir dari penelitian dan Insya Allah pemugaran nanti. Oleh karena itu, saya ingin jangan business as usual, harus ada percepatan-percepatan tentu tidak menghilangkan kehati-hatian,” tuturnya.
sby ke gunung padang cianjur 10
SBY diberi penjelasan oleh staf khusus presiden.
Terhadap prakarsa, niat baik, dan kerja keras yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri (TPRM) Situs Megalith Gunung Padang selama ini, SBY atas nama negara, pemerintah, dan pribadi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Yang dilakukan tim tersebut semata ingin menemukan kebenaran sejarah. Menurut Presiden, penggalian situs Gunung Padang akan menjadi ikon sejarah warisan dan wisata, sekaligus menghormati leluhur.
“Kita tentu memohon perlindungan dan bimbingan Allah SWT. Kita lakukan kerja keras dan ikhtiar agar niat baik kita ini berhasil dengan baik,” Presiden SBY menambahkan.
Situs Perlu Segera Dipagari
Untuk mencegah terjadinya kerusakan batu megalit di kawasan Situs Gunung Padang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur mengharapkan segera dilakukan pemagaran di sekitar wilayah situs. Selain itu, petugas juga akan membangun pembatas pada zona-zona inti supaya pengunjung tidak bisa masuk sembarangan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur mengaku khawatir ada pengunjung yang iseng mencorat-coret dan merusak batu megalit. Pemagaran di sekitar situs sebenarnya sudah ada rencana, tapi saat ini belum bisa dilakukan.
sby ke gunung padang cianjur 08
Talk from the top: President Susilo Bambang Yudhoyono gives a speech after touring the Gunung Padang megalithic site in Cianjur, West Java, on Tuesday. The President and his entourage visited the site following research by a team including the President’s special staffer Andi Arief. (Antara/Novrian Arbi).
Pemagaran masih terkendala pembebasaan lahan di Gunung Padang karena masih menunggu keputusan pihak yang akan mengelolaan situs tersebut antara pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat, atau Kabupaten Cianjur.
Saat ini pembatasan pada zona inti atau teras-teras situs baru sebatas menggunakan tali biasa.
“Kami menginginkan pembebasan lahan segera dilakukan guna melakukan penataan di Situs Gunung Padang.
Penataan ulang ini juga untuk menjadikan situs menjadi daerah wisata nantinya,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
Saat ini, penataan yang dilakukan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat baru sebatas membangun menara pemantau, jalan atau tangga menuju situs, musala, dan toilet.
Tinggal melakukan pembebasan lahan di sekitar Situs Gunung Padang. Setelah melakukan pembebasan lahan, beberapa rumah warga dan pedagang yang dekat dengan kawasan situs akan direlokasi, lalu dilakukan pemagaran.
“Dalam penataan ini, rencananya pedagang dipindah ke dekat lapangan parkir (bawah) dan pengunjung tidak boleh memakai kendaraan ke dalam atau parkir dekat pintu masuk situs,” tandasnya.
(kabarsukabumi.com/ jabarprov.go.id/ nefosnews.com/ tempo.co/ wartaekonomi.co.id/ tribunnews.com/ presidenri.go.id)
kerakal gunung padang cianjur
Batuan kerakal yang ada di dalam Gunung Padang ditemukan pada kedalaman 5 meter. Batuan ini “mengisi” Gunung Padang oleh bantuan manusia, karena tak alami.
lapisan gunung padang cianjur
Hasil geo-radar memperlihatkan keadaan lapisan dalam tanah dibawah teras-teras Gunung Padang, membuktikan bahwa ada beberapa lapisan (layers) yang juga bukan karena gejala alamiah.
perbandingan borobudur dan gunung padang cianjur
Perbandingan Borobudur dan Gunung Padang Cianjur.
bukit gunung padang
Gunung Padang adalah sebuah bukit. Yang selama ini dikenal dengan area “situs”, hanya baru puncaknya saja.
 https://indocropcircles.wordpress.com/2014/03/10/presiden-ingin-situs-gunung-padang-dibuat-wisata-seperti-borobudur/