Selasa, 05 Mei 2015

Situs Gunung Padang Cianjur part 2

Situs Gunung Padang Cianjur Berusia 109 Abad Sebelum Masehi,atau 10.900 Tahun Sebelum Masehi

Para peneliti melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM). Wow!

Type of research  : Geology & Archeology
Search research    : The Indonesian Megaliths
Location                    : Cianjur region, West Java Province.
Sub Location          : Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka.
Village                         : Antara Dusun Gunungpadang & Panggulan.
Coordinate              : 6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E
Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, akhirnya melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM). Wow, gila!! Ini adalah bukti begitu sudah majunya peradaban nenek moyang Indonesia pada saat itu dibanding lainnya!!
Hasil itu ditemukan setelah Tim Katastropik Purba melakukan pengeboran di sekitar situs. Rencana pengeboran tersebut sebelumnya dipaparkan di depan ratusan pecinta kepurbakalaan di Jakarta, 7 Februari 2012 lalu di depan ilmuwan dari 5 benua serta puluhan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), demikian disampaikan Tim Katastropik Purba dari Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana dalam rilisnya.
Ada 2 titik pengeboran dalam situs itu. Bor 1 terletak di ujung selatan Teras 2, bor 2 di samping selatan Teras.
Hasilnya, pada lubang bor 1, dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah. Sewaktu menembus 3 m Tim Katastropik Purba mendapat surprise karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit.
Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal sekitar 1 meter. Rupanya bidang tegas yang terlihat pada Ground Penetrating Radar (GPR) itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini.
Menurut salah satu anggota Tim Katastropik Purba, Dr Pon Purajatnika yang ahli arsitek, boleh jadi hamparan pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.
Bagian di bawah kedalaman 4 meter yang ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Hal tersebut sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring.
Baru pada kedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter, sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu.
“Banyak ditemukan serpihan karbon, di antaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 meter yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan,” ujar anggota Tim Katastropik Purba Dr Boediarto Ontowirjo yang juga periset di Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini.
Hasil bor 2, yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah, yang seperti tanah urukan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di kedalaman 8 meter terjadi hal mengejutkan.
Total loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 meter. Kelihatannya bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luar biasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia.
Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir ‘ayakan’ itu diselingi oleh ‘tembok’ andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 meter.
Kemudian Tim Katastropik Purba mengambil sampel tanah dari 2 titik pengeboran, masing-masing titik diambil 16 sampel. Sampel ini kemudian diuji menggunakan radioisotop carbon C14 untuk mengetahui usianya (carbon dating).
Tim Katastropik untuk menguji umur sisa arang,tumbuhan organik paleosoil dengan carbon dating dengan alat Liquid Scintillation Counting (LSC).
Posisi Kelima Teras Gunung Padang Cianjur
Hasilnya sample sebagai berikut:
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)
2. Adapun HASIL TERBARU sampel kedua diambil dari Teras 5 (titik bor 2) dengan kedalaman -8,1 meter sampai -10,1 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 11.060 tahun plus minus 140 tahun Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 26,24 +/- 0,40)
“Kalau dikonversikan ke umur kalender setara dengan 10 ribu SM,” tutur Boediarto.
Catatan:
pMC = percentage Measured Carbon. Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu. Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun.
Wow!! Ternyata hebat khan nenek moyang kita!!??!! ^_^
(Sumber: kaskus/detiknews/vivanews/ahmadsamantho.wordpress/icc.wp.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar