Rabu, 10 Juni 2015

Semakin Mendunia, Riset Gunung Padang Cianjur Ditawar 12 Triliun! Gunung Padang PART 11


gunung padang from drone 01
Citra situs megalitikum Gunung Padang yang direkam drone dari ketinggian yang cukup memperlihatkan bagian sisi situs yang sudah dibersihkan anggota TNI Angkaran Darat sejak bulan Agustus lalu. Gambar rekaan situs Gunung Padang yang dibuat oleh Ir. Pon Purajatnika ternyata memang mirip dengan tampak-permukaan situs ini. (Pict: TTRM).
Kita semua telah tahu, bahwa penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) telah menemukan tanda-tanda bahwa di bawah bukit itu ada sebuah objek buatan manusia yang berusia sangat tua. Di beberapa bagian usianya bisa mencapai kisaran 20 ribu tahun.
Staf Khusus Presiden Andi Arief yang sedang berada di Gunung Padang kala itu mengatakan bahwa wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung ke Gunung Padang merasa bahwa Gunung Padang dibangun oleh leluhur mereka juga. Wisatawan asing ini berasal dari Jerman, Tiongkok dan Yunani, bahkan Malaysia.
“Ternyata bukan hanya wisatawan Jerman, Cina dan Yunani yang merasa monumen ini juga dibangun oleh leluhurnya. Namun wisatawan Malaysia pun memiliki perasaan yang sama,” tulis Andi Arief di akun Facebook miliknya.
Andi menambahkan bahwa informasi itu dia peroleh dari Pak Nanang, salah seorang Juru Pemelihara Gunung Padang yang sudah sekian lama menjadi pemandu turis di situs yang mungkin merupakan situs peninggalan tertua manusia yang masih tersisa dan masih dapat disaksikan di planet Bumi.
Hingga kini, situs mahakarya leluhur bangsa Indonesia dan mungkin juga leluhur semua bangsa di dunia ini pernah dikunjungi oleh empat pemimpin negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu Presiden Sukarno, Presiden Soeharto, Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
sby ke gunung padang cianjur 08
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di situs mahakarya Gunung Padang Cianjur.
Riset Gunung Padang Ditawar 12 Trilyun
Misteri Gunung Padang menarik perhatian dunia internasional. Sejak lama para ahli di belahan dunia menyatakan keinginannya untuk terlibat dalam riset di situs megalitikum yang terletak di Cianjur, Jawa Barat itu. Sebuah konsorsium pernah menawar riset situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, seharga Rp 12 triliun.
Tawaran itu disampaikan seseorang dari sebuah konsorsium kepada insiator Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Andi Arief dalam pertemuan setelah shalat Jumat  (7/11/2014) lalu. Habis shalat Jumat tadi saya memenuhi undangan pribadi dari seseorang yang saya belum kenal sebelumnya. Saya diundang oleh kawan saya yang dulu di PRD,” tulis Andi Arief dalam laman Facebook miliknya.
Dalam pertemuan itu, sang pemimpin konsorsium didampingi empat orang staf. Kepada Andi Arief, sang pemimpin konsorsium mengatakan uang sebesar Rp 12 triliun itu ditukar dengan 60 persen saham.
“Saya kaget juga. Saya bilang, saya pikirkan dulu karena ini memang masih milik TTRM. Tapi ada inisiator sesungguhnya, Pak SBY dan ada keterlibatan TNI sebagai pelindung,” kata Andi Arief lagi.
andi_arief gunung padang
Andi Arief
“Di samping itu sepertinya riset ini sudah menjadi milik masyarakat karena sejarah kita sedang menghadapi pertanyaan serius,” ujar mantan Staf Khusus Presiden kala itu. Dia mengatakan, dirinya dan TTRM sama sekali tidak pernah memikirkan riset Gunung Padang memasuki wilayah komersil.
Menurut orang yang menyampaikan penawaran itu, konsorsiumnya tertarik untuk menjadi pengelola profesional kawasan situs Gunung Padang dan mempercantiknya tanpa mengubah bentuk-bentuk bangunan yang ada.
Mereka juga berniat memberikan pengelolaan situs kepada pihak swasta lain. Mereka perpendapat Gunung Padang akan menjadi sesuatu yang luar biasa menguntungkan baik untuk negara maupun bisnis mereka. Selain tentu saja menguntungkan masyarakat.
Andi Arief, masih dalam keterangannya, mengatakan bahwa di tengah perjuangan melakukan survei dengan pendanaan apa adanya, dan kisah utang di beberapa tempat yang belum dilunasi serta masih belum turunnya janji dana survei dari pemerintah sebesar Rp 3 miliar, angka Rp 12 triliun tentu cukup berarti sebagai tawaran.
Selama ini pula, sambungnya, dirinya dan TTRM sudah kerap difitnah seolah mengambil keuntungan dari riset yang selama ini mereka lakukan. Sebagai orang timur, saya ucapkan terima kasih karena sudah mengapresiasi riset TTRM sampai berminat membelinya dan saya akan kemukakan dulu tawaran ini kepada tim peneliti, Pak SBY, dll,” kata Andi Arief.
sketsa baru gunung padang prof._danny
Sketsa Terbaru Gunung Padang Cianjur – Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang melakukan penelitian di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, hari Senin (7/7) merilis sketsa terbaru Gunung Padang. Berdasarkan uji penanggalan jejak karbon yang dilakukan Laboratorium Batan, pada material paleosoil di kedalaman empat meter menunjukkan usia 5.500 tahun Sebelum Masehi (SM). Sementara hasil dari Laboratorium Beta Miami, Florida, Amerika Serikat (AS), material dari kedalaman empat hingga 10 meter berasal dari masa 7600-7800 SM.
Pada bagian lain, dia mengatakan, dirinya dan TTRM tidak akan melanggar prinsip bahwa riset yang selama ini mereka lakukan di Gunung Padang adalah sumbangan buat negara. Sementara itu Pemerintah sudah menerbitkan peraturan khusus mengenai penelitian di situs megalitikum Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat sejak tahun 2014 lalu.
Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2014 dibentuk Tim Nasional untuk Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung padang berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.225/P/2014 yang anggota penelitinya adalah TTRM ditambah para ahli dari berbagai institusi di seluruh Indonesia. Payung hukum yang lebih kuat ini dibutuhkan agar penelitian yang telah berlangsung selama tiga tahun itu tidak terhenti begitu saja.
Gunung Padang Mulai Menyedot Perhatian Penulis dan Ilmuwan Dunia
Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, terus menyita perhatian publik. Bahkan, selain sudah menjadi pembahasan di dalam negeri, juga menyedot perhatian dunia. “Alhamdulillah, penulis terkemuka luar negeri berdatangan, mereka ingin membantu,” jelas inisiator TTRM Gunung Padang, Andi Arief dalam pesan singkatnya.
Misalnya saja arkeolog asal Bosnia Herzegovina, Semir Sam Osmanagich terpukau oleh situs Gunung Padang. Situs berbentuk punden berundak era kebudayaan megalitikum itu, kata dia, memiliki nilai ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Selain itu, situs juga memperlihatkan potensi wisata yang besar.
Bosnia Herzegovina, Semir Sam Osmanagich gunung padang
Arkeolog asal Bosnia Herzegovina, Semir Sam Osmanagich (kanan) (pict by: Semir Sam Osmanagich)
Karena itu Sam mendukung agar penelitian berbagai instansi di Gunung Padang terus dilanjutkan.
“Saya sangat kagum dengan situs ini. Keberadaan situs ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan dalam dan luar negeri,” kata Sam saat mengunjungi Gunung Padang pada Mei 2014 lalu (lihat video).
Ia ditemani geolog asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman, yang sebelumnya juga meneliti di situs Gunung Padang.
Sam membandingkan struktur bangunan situs Gunung Padang dengan penemuannya di Kota Visoko, Bosnia Herzegovina.
Dia mengklaim, kedua situs memiliki kemiripan. Di Visoko ada  beberapa bukit yang menurut hasil penelitian Sam, direkayasa oleh manusia sehingga berbentuk seperti piramida. Begitu juga di Gunung Padang.
Struktur piramida itu, ia jelaskan, adalah umumnya memiliki dasar persegi dan memiliki puncak yang mengerucut. Selain itu, tubuh piramida bisa merupakan bukit alam yang kemudian oleh manusia dikerjakan dan dibentuk sedemikian rupa. Dalam penemuan Sam, situs piramida di Visoko memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang luas serta tanda-tanda bebatuan yang dimodifikasi manusia.
Sam mengatakan bahwa piramida bukan cuma ditemukan di Mesir atau Amerika Selatan, tapi juga di Cina, Prancis, Bosnia, Sudan, Pulau Canary, Kamboja, dan negara-negara lain.
Begitu pula dengan arkeolog dunia asal AS Graham Hancock, juga pernah ke situs Gunung Padang ditemani oleh beberpa tamannya, berikut Robert Schoch dan Danny Hilman (lihat video).
Graham Hancock at gunung padang
Danny Hilman PhD (centre) senior geologist at Indonesia’s Geotechnology Centre, Robert Schoch PhD (left of picture) geology professor at Boston University (renowned for his geological redating of the Great Sphinx of Giza) and Graham Hancock, (at the right of the picture). (Pict: Graham Hancock)
Selain wartawan dan peneliti arkeolog sekaligus penulis senior Graham Hancock, Gunung Padang juga sudah menarik perhatian wartawan senior Jepang juga penulis yaitu Saburo Hatano. Mereka bersedia dengan kesukarelaan menjadi PR atau mengkampanyekan keagungan monumen yang ada di Indonesia tersebut.
“Puluhan ilmuwan dunia meski memiliki keinginan joint riset, tapi tetap menghormati hak eksklusif peneliti negara kita. Namun mereka menanti hasil yang dianggap akan mengubah sejarah,” demikian Andi Arief.
Sementara itu, puluhan ilmuwan dan peneliti dari berbagai universitas di dunia telah memberikan ucapan selamat dan menyampaikan kekaguman mereka terhadap penelitian yang dilakukan di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, dalam dua tahun terakhir ini.
mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 3Penelitian ini menemukan fakta bahwa apa yang seharusnya disebut sebagai situs Gunung Padang bukan hanya permukaan tanah seluas 900 meter per segi bersama bebatuan di atasnya.
Melainkan meliputi keseluruhan bangunan yang diduga kuat ada dan tertimbun di bawahnya. Berbagai media dalam dan luar negeri pun telah mempublikasikan hasil penelitian tersebut.
Keberadaan bangunan yang tertimbun itu diketahui dari pengujian geo-radar dan geo-listrik sebagai bagian dari penelitian di kawasan potensi bencana patahan Cimandiri.
Belakangan uji carbon dating yang dilakukan laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan laboratorium di Miami, Amerika Serikat, memperlihatkan usia sample yang diperoleh dari coring di sejumlah titik di kawasan itu lebih tua dari dari 11.000 tahun.
Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief mengatakan, selema ini dirinya menahan diri untuk tidak mempublikasikan ucapan-ucapan selamat dan kekaguman dari peneliti-peneliti asing itu.
Ini dilakukan karena ia merasa bahwa penelitian di Gunung Padang harus dilakakukan oleh ilmuwan dalam negeri. Karena ini adalah bukti bahwa bangsa kita memiliki masa lalu yang gemilang, jauh lebih gemilang daripada yang diceritakan dan dikisahkan selama ini.
Gunung Padang Jadi Primadona di Korea
Arkeolog Universitas Indonesia DR. Ali Akbar mendapat kesempatan terakhir untuk berbicara di Konferensi Megalitikum Asia Tenggara dan Pasifik yang diselenggarakan di Universitas Sogang, Seoul, Korea Selatan (Jumat, 17/10/2014) lalu.
DR. ALI AKBAR gunung padang
DR. Ali Akbar
Anggota Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang itu sengaja diletakkan sebagai pembicara terakhir karena seluruh arkeolog yang menjadi peserta konferensi internasional itu ingin mendengarkan penjelasan yang utuh mengenai riset yang dilakukan di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.
Dapat dikatakan, riset yang dilakukan di Gunung Padang telah menjadi primadona dalam dunia riset arkeologi belakangan ini karena arkeolog-arkeolog dunia memantau perkembangan riset melalui internet.
Moderator ketika DR. Ali Akbar menyampaikan presentasi mengenari riset Gunung Padang adalah Byung-mo Kim. Ia merupakan salah seorang arkeolog terpandang di Korea dan menulis buku Megalithic Cultures in Asia.
Dari presentasi yang sudah disampaikan, beberapa ahli mancanegara mengakui proses dan metode yang dilakukan oleh TTRM. Metode dan teknik yang TTRM gunakan tergolong paling maju dan komplit. Peserta konferensi juga terpukau dengan seismic tomography, citra arsitektural, coring, dan beberapa artefak yang ditemukan yang telah diuji dengan CT-Scan, analisa laboratorium metal, hingga analisa laboratorium petrologi.
Dari konferensi itu dapat disimpulkan bahwa riset di Gunung Padang menjadi contoh perubahan besar riset arkeologi dunia. Gunung Padang adalah wajah Nusantara. Sudah kita ketahui bersama, nilai-nilai kebudayaannya sangat tinggi. Sebuah bangunan modern yang berjaya di masanya.
Gedung paling tinggi di Indonesia belum apa-apa dibandingkan dengan Gunung Padang di bawah. Bangsa Indonesia patut berbangga karena memiliki situs Gunung Padang. Dengan unsur budaya yang tinggi berbanding terbalik dengan kebudayaan masa kini yang kian menurun.
Banyak Ilmuwan Dunia Ingin Ikut Meneliti Gunung Padang
Sejak setahun lalu (2013 – red), ahli paleometal Israel Prof. Sariel Shalev ingin ikut serta dalam riset Gunung Padang. Hal ini dikemukakan oleh inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Situs Gunung Padang, Andi Arief, dalam pesan elektroniknya, Selasa (5/11/2014) lalu.
Keinginan ikut meriset Gunung Padang disampaikan Prof. Shalev ke panitia pertemuan internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Prof. Sariel Shalev
Prof. Sariel Shalev
Selain Gunung Padang, Prof. Shalev yang mengajar di University of Haifa dan bekerja untuk Weizmann Institute juga menyatakan keinginanya untuk bisa ikut joint research yang dilakukan tim di Gunung Sadahurip Garut, yang sempat mencuat karena bentuknya mirip piramida.
Prof. Shalev merupakan ilmuwan Yahudi yang ahli dengan metal purba. Dia memiliki ketertarikan pada penggunaan benda-benda logam dalam peradaban manusia di masa lalu.
Salah satu studinya yang terkenal adalah mengenai logam yang digunakan dalam pembuatan pedang dan belati di akhir zaman perunggu di Kana’an atau kawasan di sekitar Palestina saat ini. Pada tahun 2010, Prof. Shalev meneliti kaitan antara kisah-kisah dalam kitab Injil dengan teknologi metalurgi yang digunakan masyarakat Kana’an di masa lalu.
Lain lagi dengan Russia, ilmuwan nano material dari Rusia, Viktor Larsin, sudah beberapa kali menyatakan keinginan ikut serta dalam penelitian Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Viktor Larsin purnawirawan Tentara Rusia yang kini bekerja di Irkut Coporation, perusahaan holding pembuat mesin Sukhoi.
Viktor mengatakan, selain dirinya Irkut dan Sukhoi pun tertarik dengan penelitian yang diinisiasi Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Selain karena struktur bangunan yang diduga tertimbun di bawah situs megalitikum Gunung Padang sangat besar, disebutkan ada hal lain yang membuat Viktor, Irkut dan Sukhoi tertarik.
gunung padang Cianjur, West Java, Indonesia
Selain struktur yang fenomena, pihak Sukhoi secara spesifik menyatakan tertarik dengan anomali elektromagnetik di bawah permukaan Gunung Padang. Hipotesa mereka, anomali elektronik itu adalah hal yang luar biasa. Pihak Sukhoi menyatakan dapat menerima alasan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) untuk melanjutkan penelitian tanpa keterlibatan pihak asing.
“Ini sesuai pesan dan amanat Presiden SBY saat paparan tahun 2011 dan saat berkunjung ke Gunung Padang. Sikap ini juga pernah disampaikan Mendikbud M Nuh. Namun mereka memahami sikap kita, sambil berharap pada saatnya bisa bergabung dalam riset di sini,” ujar Andi Arif.
Shukoi selanjutnya masih menawarkan kerjasama riset dengan memberi dukungan peralatan penginderaan paling mutakhir yang dibuat oleh Irkut dan Shukoi.
Ilmuwan Israel dan Rusia bukan satu-satunya negara asing yang ingin bergabung dalam penelitian Gunung Padang. Permintaan serupa juga pernah disampaikan peneliti dari Jepang, Israel, Jerman, Amerika, Peru, Meksiko, dan India.
Kisah Gunung Padang akan Difilmkan Hollywood
Besar kemungkinan kisah situs megalitikum Gunung Padang akan diangkat ke layar lebar oleh industri film Hollywood. Produsen film Star Wars, Prometheus Entertainment, tampaknya tertarik menggunakan sketsa situs Gunung Padang yang digambar oleh arsitek senior sekaligus salah seorang peneliti Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), Pon Sapriamulya Purajatnika.
Pon Sapriamulya Purajatnika
Ir.Pon Sapriamulya Purajatnika
Prometheus Entertainment adalah  produsen film dokumenter, juga program televisi non-fiksi dan produk-produk spesial lainnya. Produksi filmnya dapat ditonton misalnya di channel A&E, E!, WEtv, Travel Channel, Bravo, Animal Planet, Lucasfilm Ltd., National Geographic Channel, AMC, dan Warner Bros.
Sementara film terkenal yang mereka produksi dan mencuri banyak perhatian antara lain adalah The Girls Next Door, Kendra, dan The Curse of Oak Island. Selain Star Wars, film fiksi mereka lainnya adalah Ancient Aliens, America’s Book of Secret, Food Paradise.
“Melalui surat elektronik, Promotheus Entertainment lewat penelitinya Beth Moody, tertarik dengan sketsa imaginer Gunung Padang yang dibuat tim peneliti TTRM Pak Pon S. Purajatnika. Untuk itu mereka selain ingin berkomunkasi juga sekalgus menanyakan license atas sketsa imaginer yang mendunia tersebut,” ujar Chaedar Saleh, salah seorang arsitek yang memperkuat TTRM.
Setengah tahun lalu misalnya, jurnalis Graham Hancock yang terkenal dengan karyanya Fingerprint of God, mengaku tidak menyangka dalam waktu krang dari tiga jam saja, sketsa imaginer gunung Padang terebut ditandai like lebih dari 250 ribu orang.
gunung padang film hollywood indiana jones
Gunung Padang the movie (illustration)
“Tim Arsitektur Gunung Padang sedang mempertimbangkan minat perusahaan rumah produksi tersebut dan akan membicarakan pada tim secara keseluruhan,” masih kata Chaedar. Disebutkan dalam keterangan yang diterima redaksi, jika tidak mengganggu jalannya riset besar kemungkinan akan mengizinkan produser Ancient Alien tersebut untuk menggunakan sketsa karya Pon Sapriamulya Purajatnika.
Pada bagian akhir disebutkan, setelah lapisan pertama yang tampak seperti Machu Pichu, sketsa imaginer lapisan dua ini menjadi spesial karena hampir saja dapat dibuktikan oleh TTRM.
Dari hasil penelitian sejauh ini, memang harus kita akui bahwa arsitektur pembangunan situs megalitikum Gunung Padang dinilai sangat baik dan modern mengingat umurnya yang diperkirakan sudah sangat tua, yakni berkisar 13 ribu hingga 30 ribu tahun., jelas arsitek senior, Pon Sapriamulya Purajatnika dalam diskusi “Paparan Strategis Cides: Pemugaran Gunung Padang untuk Masa Depan Indonesia” di hotel Ambhara, Jakarta Selatan.
Robert Schoch Gunung padang
Robert Schoch PhD professor geologi lulusan Boston University membuat artikel tentang Gunung Padang (pict by: Robert Schoch)
“Ternyata di bawah situs-situs di Indonesia yang kita temukan ini hampir selalu di bawahnya ada situs lain, di Borobudur juga tidak menghilangkan adanya kemungkinan itu,” sebut Pon.
Hal ini, menurut Pon, menunjukkan kejeniusan arsitektur zaman dahulu di mana teknologi membangun yang dilakukan dengan cara menumpuk batuan tidak semudah yang dibayangkan.
“Karena banyak sekali relief, candi atau situs-situs lain yang dibuat dengan cara ditumpuk bisa dibuat demikian sempurna. Kalau zaman sekarang sudah computerized cara penghitungannya itu,” tandas mantan ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Barat ini.
Admin ICC pun mencoba sedikit membayangkan, jika pada masa itu dengan peralatan mereka yang terbatas, sudah dapat membuat situs seperti Gunung Padang yang berada diatas pegunungan yang kala itu masih sangat tinggi. Bisa jadi mungkin tak dapat dilakukan oleh manusia pada abad ini tanpa menggunakan komputer, helikopter, crane, buldozer, truck dan teknologi maju lainnya seperti sekarang.
Dan lebih canggihnya, sisa-sisa kemajuan teknologi mereka ternyata tak punah oleh zaman setelah puluhan ribu tahun lamanya! Ya, puluhan ribu tahun lamanya, dan masih dapat anda lihat hingga kini. Bayangkan, betapa hebatnya para leluhur anda. (sumber: RMOL.co/ TTRM).
gunung padang satelitskema GUNUNG PADANG cianjur 001Gungung-Padang ditawar 12 trilyun
 Gunung Padang-Beyond Imaginations: The Mountain Of Light 
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4627410499351355986#editor/target=post;postID=3054368095250176491

Tidak ada komentar:

Posting Komentar