Ahli Geologi: Situs Gunung Padang Bisa Ubah Peta Peradaban Dunia!
Penemuan Situs Gunung Padang di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang diperkirakan berusia lebih dari
13.000 tahun, mengejutkan para peneliti arkeologi.
Penemuan Situs Gunung Padang di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat, cukup mengejutkan berbagai kalangan masyarakat,
khususnya para peneliti arkeologi. Pasalnya, berdasarkan penelitian,
situs ini diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun!
Itu artinya, peradaban di Situs Gunung
Padang lebih tua dari peradaban Mesopotamia dan Pyramid Giza di Mesir,
yang selama ini dipercaya sebagai peradaban tertua di dunia. Sehingga
temuan Situs Gunung Padang yang hingga saat ini masih dalam proses
penelitian tersebut, bisa mengubah peta peradaban dunia.
Setelah diteliti selama hampir dua tahun
hingga sekarang, diketahui bahwa Situs Gunung Padang bukanlah sebuah
situs yang sederhana, melainkan sebuah monumen yang sangat besar.
Situs ini diperkirakan luasnya mencapai 10 kali luas Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Dari Peradaban Yang Cukup Maju
Koordinator Tim Peneliti Mandiri Terpadu
Gunung Padang, Prof. Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, berdasarkan
penelitian yang dilakukan selama ini terlihat bahwa susunan batu pada
Situs Gunung Padang sudah cukup maju.
Susunan batu tersebut mirip dengan
teknologi Situs Machu Pichu di Peru. Menurut Danny, yang lebih
mengejutkan dari penemuan Situs Gunung Padang ini yaitu umur susunan
batu yang berbeda-beda dari setiap lapisannya.
Lapisan teratas berumur lebih muda, yaitu 500 tahun Sebelum Masehi, ada pula lapisan yang berumur 7.000 tahun Sebelum Masehi.
Bahkan, jika dihitung hingga lapisan terbawah, Situs Gunung Padang diperkirakan usianya sekitar 13 ribu tahun.
“Gunung Padang itu suatu monumen yang
besar. Punden berundaknya yang lapisan pertamanya itu tingginya sampai
100 meteran, jadi luasnya 150 hektar, yang jelas 10 kali lebih besar
dari bangunan (Candi) Borobudur.
Usia Dari Peradaban 13.000 Tahun Lalu
Dibilang menunjukkan umurnya lebih dari
13 ribu tahun itu sudah ada sekitar 3 atau 4 carbon dating (pengukuran
umur lapisan berdasarkan kandungan unsur karbon di lapisan tersebut—red)
yang kita lakukan di peta analisis,” papar Danny Natawidjaja.
Danny mengatakan, dengan usia yang
sedemikian tua, maka Situs Gunung Padang dapat dikatakan sebagai situs
peradaban tertua di dunia, melebihi Pyramid Giza di
Mesir, peradaban Mesopotamia, dan peradaban bangsa Arya, yang usianya antara 2.500 hingga 4.000 tahun Sebelum Masehi. Sehingga dengan demikian, keberadaan Situs Gunung Padang secara otomatis bisa mengubah peta peradaban dunia.
Mesir, peradaban Mesopotamia, dan peradaban bangsa Arya, yang usianya antara 2.500 hingga 4.000 tahun Sebelum Masehi. Sehingga dengan demikian, keberadaan Situs Gunung Padang secara otomatis bisa mengubah peta peradaban dunia.
Danny Natawidjaja juga menambahkan,
“Peradaban dunia yang dikenal manusia itu ‘kan yang majunya baru sekitar
6.000 tahun, Mesopotamia, kemudian yang di Mesir, (Piramida) Giza itu,
yang 2.500-2.800 tahun Sebelum Masehi. Itu yang dianggap sebagai
peradaban tertua di dunia. Kalau kita bilang Gunung Padang usianya
13.000 tahun, tumbang semua. Itu tentunya akan menjadikan kita
(Indonesia) yang menjadi pusat peradaban di masa lalu.” (baca: Ilmuwan: Peradaban Dunia Berawal dari Indonesia!)
Jadi Tempat Wisata
Situs Gunung Padang yang terletak di Desa
Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur ini telah dibuka untuk
kunjungan wisatawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jawa Barat mengatakan, Situs Gunung Padang merupakan aset
kebudayaan tak ternilai yang dimiliki oleh Indonesia.
“Gunung Padang ‘kan itu situs cagar budaya yang sangat sangat hebat, tapi harus berdasarkan penelitian yang lebih komprehensif.
Secara kunjungan (wisatawan di hari
libur, red.) bagus, tapi harus ada juga usaha-usaha untuk memelihara
kondisi (situs tersebut),” ujar Nunung Sobari.
Hingga saat ini, para peneliti yang
tergabung dalam Tim Peneliti Mandiri Terpadu Gunung Padang masih
melakukan penelitian dan ekskavasi atau penggalian terhadap Situs Gunung
Padang.
Pengelolaan Situs Gunung Padang saat ini
berada di bawah Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala atau BP3, Unit
Pelaksana Teknis dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia
yang berada di daerah.
Riset Gunung Padang Sudah Selesai, Ada Temuan Istimewa!
Penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri
(TTRM) di Situs Gunung Padang, Jawa Barat, telah selesai. Danny H.
Natawidjaja, koordinator tim itu, mengungkapkan bahwa banyak kemajuan
positif dari penelitian ini, yang bisa mengungkap tuntas situs purba
tersebut.
“Banyak
progres. September 2013 akan dilanjutkan tapi menunggu keputusan.
Karena pemugaran situs perlu instruksi presiden. Mudah-mudahan masih
bisa terus berlanjut,” ujar Danny, Rabu 11 September 2013 .
Danny menegaskan bahwa sejauh ini semua
temuan mengerucut pada satu kesimpulan bahwa situs Gunung Padang memang
sangat istimewa. Keistimewaan itu bisa dilihat dari luas situs dan
ketinggian, yang bahkan lebih dari Borobudur. Belum lagi soal bahwa
situs itu dibangun lebih dari satu lapis budaya.
“Ada beberapa lapis lapis budaya. Untuk
lapisan budaya luar umurnya 2.500 tahun sebelum Masehi, sementara yang
di bawah sampai 7.000 tahun sebelum Masehi. Di dalamnya itu sudah
istimewa,” kata geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu.
Namun ia enggan mengutarakan kemungkinan
keistimewaan bagian dalam situs. Danny beralasan lebih baik menunggu
hasil pemugaran. “Sementara itu dulu saja. Yang lainnya nanti,” ujar
dia. Kini laporan riset akan dituntaskan untuk dilaporkan ke presiden.
SBY Nilai Temuan Gunung Padang Big Bang Sejarah RI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menerima laporan Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang pada, Sabtu 3
Agustus 2013. Menurut Andi Arief, inisiator Tim, Presiden menyatakan
hasil riset ini bisa jadi “Big Bang” atau dentuman besar sejarah Indonesia.
Andi menyatakan, dalam siaran pers
melalui akun jejaring sosialnya, secara khusus melaporkan perkembangan
hasil riset dan ekskavasi arkeologi, pengeboran, dan tomografi sesmik ke
Presiden yang berlangsung sejak awal Juli 2013 lalu.
Andi menyatakan, Presiden SBY terus
memantau riset ini dan mengatakan bangga terhadap apa yang telah
dilakukan oleh para periset dari berbagai lintas ilmu.
“Presiden menyetujui rekomendasi
pemugaran di dua lapisan kebudayaan, yaitu lapisan terasering seperti
Machu Pichu (lapisan berusia 600 tahun sebelum Masehi) dan lapisan
budaya 2 (4.900 tahun sebelum Masehi). Untuk dua lapis kebudayaan 11.500
SM dan 25.000 SM, Presiden SBY menyebut ini Big Bang sejarah Indonesia,” kata Andi.
Untuk itu, para periset akan diminta
kembali memaparkan temuan yang luar biasa ini setelah Hari Raya Idul
Fitri. Pertemuan dan paparan tersebut adalah yang ke-4 dengan Presiden
sejak 2011.
Seperti diketahui, tim geologi melakukan coring dan sudah merekonstruksi rongga (chamber) dan menghisap 32 ribu liter air saat pemboran.
Sementara itu, tim geofisika yang
melakukan tomografi seismik juga sudah mendapatkan beberapa hal penting
yang memperkuat dugaan tentang adanya rongga yang sudah dilakukan
pemindaian sebelumnya.
Bahkan ada “bonus” kejutan yang masih
harus diselidiki lebih lanjutan dari hasil tomografi seismik. Tim
menggunakan hampir semua teknologi dan metode ilmiah yang ada. Dengan
kehati-hatian, setiap perkembangan dianalisis serius agar dapat
disimpulkan dengan akurat.
“Kejutan apa yang baru didapat? Tim
menyatakan luar biasa dan menguntungkan rakyat. Namun, akan disampaikan
ke publik setelah paparan dengan Presiden SBY nanti,” kata Andi Arief.
Ini Temuan Lengkap Tim Andi Arief di Gunung Padang
Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung
Padang, Cianjur, yang diinisiasi Staf Khusus Presiden, Andi Arief,
menemui Gubernur Jawa Barat, Kamis 3 Oktober 2013. Tim akan melaporkan
hasil riset, sekaligus meminta masukan untuk rencana selanjutnya.
Dalam siaran pers, TTRM menyatakan, penelitian Situs Gunung Padang bukan kasus cagar budaya dan riset biasa. Ini adalah “frontier research”
untuk menggali peradaban nusantara secara multidisiplin dan menggunakan
metodologi-teknologi mutakhir di bidang eksplorasi geologi-geofisika.
Akumulasi hasil riset TTRM yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir berhasil membuktikan bahwa situs ini sangat luarbiasa bahkan “beyond imagination“.
Temuan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) adalah:
Temuan pertama, situs
megalitik ini berupa struktur teras-teras yang tersusun dari batu-batu
kolom basaltik andesit yang terlihat di permukaan bukan hanya menutup
bagian atas bukit seluas 50×150 meter persegi saja tapi menutup seluruh
bukit seluas minimal 15 hektare.
Hal ini sudah terbukti tanpa keraguan
lagi setelah dilakukan pengupasan alang-alang dan pohon-pohon kecil di
sebagian lereng timur oleh Tim Arkeologi pada bulan Juli 2013.
Batu-batu kolom penyusun ini berat
satuannya ratusan kilogram, berukuran diameter puluhan sentimeter dan
panjang sampai lebih dari satu meter.
Dapat dibayangkan mobilisasi dan pekerjaan menyusun kolom-kolom batu ini sama sekali bukan hal yang mudah.
Kemudian tim melakukan lagi uji radiocarbon dating dari sampel tanah di dekat permukaan.
Hasilnya menguatkan umur radiokarbon
sebelumnya bahwa umur dari situs yang terlihat di permukaan ini adalah
dalam kisaran 500 sampai 1000 tahun sebelum Masehi.
Jadi lapisan atas Gunung Padang adalah
monumen megah bergaya seperti Machu Pichu di Peru tapi umurnya jauh
lebih tua dan berada pada masa prasejarah Indonesia.
Temuan ini saja sudah luar biasa karena
selain monumen megalitik yang besarnya sampai 10x Candi Borobudur juga
umurnya membuktikan sudah ada peradaban tinggi di Indonesia pada masa
prasejarah yang selama ini dianggap zaman berbudaya masih sederhana.
Dengan kata lain hal ini akan mengubah sejarah Indonesia dan Asia
tenggara.
Temuan kedua, Ada struktur bangunan yang lebih tua lagi, berlapis-lapis sampai puluhan meter ke bawah.
Situs
megalitik Gunung Padang tidak hanya satu lapisan di permukaan saja,
seperti disimpulkan oleh penelitian Balai Arkelogi dan Arkenas
sebelumnya.
Keberadaan struktur ini sudah
diidentifikasi dengan baik oleh survei arkeologi, geologi, pengeboran
dan geofisika bawah permukaan.
Struktur lebih tua ini bukannya lebih
sederhana tapi kelihatannya malah struktur bangunan besar yang dibuat
dengan teknologi yang lebih tinggi dari kenampakan geometri dinding dan
ruang-ruang besar. Struktur ini adalah hasil karya sipil-arsitektur
purba yang luar biasa hebat.
Temuan ketiga, Telah
membuktikan secara visual keberadaan lapisan budaya kedua yang hanya
tertimbun satu sampai beberapa meter di bawah permukaan.
Ini hasil penelitian dan ekskavasi
arkeologi yang dilakukan pada bulan Agustus 2012, Maret 2013, dan
terakhir Juni-Juli 2013. Bahkan sebenarnya lapisan kedua ini sudah
terlihat ketika penggalian arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi
Bandung tahun 2005, hanya waktu itu disalah-tafsirkan sebagai batuan
dasar alamiah (sebagai “quarry”) karena belum ditunjang oleh penelitian
geologi yang komprehensif dan tidak ditunjang oleh survei geofisika
bawah permukaan.
Lapisan kedua ini juga disusun oleh
batu-batu kolom andesit yang sama dengan yang diatasnya namun susunannya
terlihat lebih rapi dan kelihatannya menggunakan semacam material semen
atau perekat.
Semen purba ini mempunyai komposisi 45% mineral besi, 40% mineral silika dan sisanya mineral lempung dan sedikit karbon.
Komposisi ini tidak bisa ditafsirkan
sebagai tanah hasil pelapukan batuan atau hanya merupakan infiltrasi
material yang dibawa air ke dalam tanah.
Hasil analisa umur dengan radiokarbon dating
dari beberapa sampel bor menunjukkan bahwa umur lapisan budaya di bawah
permukaan ini adalah sekitar 4.700 tahun SM atau lebih tua.
Sampai lapisan kedua saja sudah cukup
alasan agar Situs Gunung Padang menjadi prioritas nasional dan
benar-benar ditangani secara sangat serius untuk menjadi proyek
pemugaran situs kebanggaan nasional.
Terlebih lagi temuan ini adalah hasil
kerja bangsa sendiri tanpa bantuan pihak asing. Penemuan lapisan budaya
kedua ini sudah akan merubah sejarah tidak hanya Indonesia dan Asia
Tenggara tapi sejarah peradaban dunia!
Temuan keempat, struktur lebih tua yang tertutup oleh lapisan budaya kedua kemungkinan akan lebih fantastis lagi.
Tim menemukan keberadaan dinding dan rongga-rongga besar yang diidentifikasi melalui survei geolistrik berupa zona resistivity yang sangat tinggi (puluhan ribu sampai lebih dari 100 ribu ohm) dan juga terefleksikan oleh citra georadar.
Tim juga sudah melakukan survei tomografi seismik. Hasilnya mengkonfirmasi adanya dinding dan rongga besar di bawah situs yang dicirikan oleh “low seismic velocity zone”.
Temuan kelima, pengeboran untuk pengambilan sampel pada bulan Februari 2013 di lokasi yang berdekatan dengan dugaan rongga terjadi “partial water loss” yang cukup besar pada kedalaman 8 sampai 10 meter.
Diduga karena bor menembus ‘tunnel‘ yang berisi pasir. Pengeboran selanjutnya, pada bulan Ramadan 2012 lalu, lebih mengejutkan lagi karena mengalami “total water lost” yang sangat banyak sampai 32.000 liter air hilang begitu saja ketika menembus kedalaman yang sama (8-10m).
Kemungkinan besar air mengalir mengisi rongga yang besarnya minimal 32 meter kubik atau 4x4x2 meter.
Analisa radiocarbon dating dari tanah yang menimbun lapisan bangunan berongga ini menunjukkan:
Umur 6.700 tahun SM. Jadi umur dari bangunan berongga ini harus lebih tua dari penimbunnya.
Umur 9.600 tahun SM. Pada karbon dalam pasir yang mengisi rongga yang ditembus bor 2.
Umur 11.000 sampai 20.000 tahun SM. Hasil radiokarbon dating dari beberapa sampel tanah/semen di antara batu-batu kolom pada kedalaman dari 8 sampai 12 meter.
Walaupun demikian, umur-umur ini sebaiknya diuji lebih lanjut dengan analisa radiokarbon dating atau metoda pengujian umur absolut lainnya yang lebih komprehensif karena angka-angka ini memang “beyond imagination”
alias seperti tidak masuk akal karena tidak sesuai dengan pengetahuan
sejarah dan perkembangan peradaban manusia yang dipercaya umum pada saat
ini. Oleh karena itu pembuktiannya pun harus ekstra yakin.
Karena itu, TTRM menyimpulkan:
1. Gunung Padang adalah mahakarya arsitektur dari peradaban tinggi kuno yang hilang atau belum dikenal saat ini.
2. Temuan bangunan di bawah Gunung padang adalah “breakthrough“
untuk dunia ilmu pengetahuan dan sekaligus dapat menjadi tonggak
kebangkitan bangsa dan kebanggaan nasional yang tidak ternilai.
3. Keberadaan ruang-ruang memberi harapan untuk menemukan dokumen atau apapun yang dapat menguak misteri sejarah masa lampau.
Selanjutnya, TTRM merekomendasikan
pemugaran situs dan pengembangannya untuk wisata dan pusat kebudayaan.
Kemudian dilakukan survei lebih detail menyingkap rongga-rongga di bawah
tanah termasuk dengan memakai kamera.
Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) dibentuk
dari Tim Katastrofi Purba (TKP) dengan tambahan tenaga ahli dari
beragai disiplin ilmu dan mulai bekerja pada Oktober 2011. TKP dibentuk
dengan tujuan untuk meneliti bencana-bencana katastrofi dan kaitannya
dengan maju mundurnya peradaban Nusantara di masa lalu.
TKP mulai meneliti di berbagai lokasi di
Indonesia sejak awal tahun 2011 di antaranya di wilayah Banda Aceh, Batu
Jaya, Trowulan, dan Sulawesi Tengah. Dasar pemikirannya adalah bahwa
wilayah Nusantara selain sangat kaya sumber daya alam juga sangat sarat
dengan sumber ancaman berbagai bencana alam, yaitu gunung api,
gempabumi, tsunami, banjir, semburan gunung lumpur dan gerakan tanah.
Jadi, di satu sisi, wilayah Nusantara sangat berpotensi untuk
mengembangkan peradaban, di lain sisi juga tempat ideal untuk jadi
kuburan peradaban. (voaindonesia/vivanews/ berbagai sumber).
https://indocropcircles.wordpress.com/2013/08/13/temuan-situs-gunung-padang-bisa-ubah-peta-peradaban-dunia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar