Situs Gunung Padang Cianjur Berusia 109 Abad Sebelum Masehi,atau 10.900 Tahun Sebelum Masehi
Para
peneliti melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang
terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya, usia situs Gunung
Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM). Wow!
Type of research : Geology & Archeology
Search research : The Indonesian Megaliths
Location : Cianjur region, West Java Province.
Sub Location : Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka.
Village : Antara Dusun Gunungpadang & Panggulan.
Coordinate : 6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E
Tim Bencana Katastropik Purba yang
dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana,
akhirnya melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang
terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM). Wow, gila!! Ini adalah bukti begitu sudah majunya peradaban nenek moyang Indonesia pada saat itu dibanding lainnya!!
Hasil itu ditemukan setelah Tim
Katastropik Purba melakukan pengeboran di sekitar situs. Rencana
pengeboran tersebut sebelumnya dipaparkan di depan ratusan pecinta
kepurbakalaan di Jakarta, 7 Februari 2012 lalu di depan ilmuwan dari 5
benua serta puluhan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI),
demikian disampaikan Tim Katastropik Purba dari Stafsus Presiden Bidang
Bantuan Sosial dan Bencana dalam rilisnya.
Ada 2 titik pengeboran dalam situs itu. Bor 1 terletak di ujung selatan Teras 2, bor 2 di samping selatan Teras.
Hasilnya, pada lubang bor 1, dari
permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan
kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah.
Sewaktu menembus 3 m Tim Katastropik Purba mendapat surprise karena
tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit.
Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal sekitar 1 meter. Rupanya bidang tegas yang terlihat pada Ground Penetrating Radar (GPR) itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini.
Menurut salah satu anggota Tim
Katastropik Purba, Dr Pon Purajatnika yang ahli arsitek, boleh jadi
hamparan pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.
Bagian di bawah kedalaman 4 meter yang
ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit
yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata
itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Hal tersebut
sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring.
Baru pada kedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures
sampai kedalaman sekitar 25 meter, sesuai dengan penampang geolistrik
bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu.
“Banyak ditemukan serpihan karbon, di
antaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 meter yang lebih menguatkan
bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api
alamiah tapi struktur bangunan,” ujar anggota Tim Katastropik Purba Dr
Boediarto Ontowirjo yang juga periset di Badan Penelitian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) ini.
Hasil bor 2, yang dilakukan persis di
sebelah selatan Teras 5 menembus tanah, yang seperti tanah urukan sampai
kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di
kedalaman 8 meter terjadi hal mengejutkan.
Total loss, 40% air di drum
langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 meter.
Kelihatannya bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luar
biasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia.
Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang
juga terisi pasir ‘ayakan’ itu diselingi oleh ‘tembok’ andesit yang
sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 meter.
Kemudian Tim Katastropik Purba mengambil
sampel tanah dari 2 titik pengeboran, masing-masing titik diambil 16
sampel. Sampel ini kemudian diuji menggunakan radioisotop carbon C14 untuk mengetahui usianya (carbon dating).
Tim Katastropik untuk menguji umur sisa arang,tumbuhan organik paleosoil dengan carbon dating dengan alat Liquid Scintillation Counting (LSC).
Hasilnya sample sebagai berikut:
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)
2. Adapun HASIL TERBARU sampel kedua
diambil dari Teras 5 (titik bor 2) dengan kedalaman -8,1 meter sampai
-10,1 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 11.060 tahun plus minus 140
tahun Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 26,24 +/- 0,40)
“Kalau dikonversikan ke umur kalender setara dengan 10 ribu SM,” tutur Boediarto.
Catatan:
pMC = percentage Measured Carbon. Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu. Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun.
pMC = percentage Measured Carbon. Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu. Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun.
Wow!! Ternyata hebat khan nenek moyang kita!!??!! ^_^
(Sumber: kaskus/detiknews/vivanews/ahmadsamantho.wordpress/icc.wp.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar