“Kematian Bung Karno sengaja
diatur terjadi pada 1970, agar Pemilu Indonesia di 1971 yang merupakan
pemilu pertama yang digelar pemerintahan Orde Baru, dapat terlaksana.
Pelaksanaan Pemilu 1971, secara politis tidak terkendala.” (Ratna Sari
Dewi Soekarno a.k.a. Naoko Nemoto)
Ratna
Sari Dewi Soekarno, sudah lama tidak terdengar. Salah satu hal menarik
dari wanita asal Jepang itu, setiap kehadirannya di Jakarta selalu
menciptakan berita.
Kalau bukan soal kecantikan, yah
pernyataannya. Dewi saat ini sudah berusia 72 tahun, lahir 6 Februari
1940. Tapi penampilannya belum seperti nenek-nenek.
Ia masih berdandan seperti wanita berusia
40-an tahun atau setengah abad. Dandanannya masih tetap trendy dan sisa
kecantikannya belum hilang.
Ketika demam Soekarno kembali muncul di Indonesia pada 1988 Dewi Soekarno pernah membuat pernyataan yang cukup mengejutkan.
Menurut dia, suaminya, Soekarno (Bung Karno) yang juga Proklamator RI, meninggal secara tidak wajar.
Kata wanita asal Jepang yang bernama asli
Naoko Nemoto itu, kematian Bung Karno sengaja diatur terjadi pada 1970,
agar Pemilu Indonesia di 1971 yang merupakan pemilu pertama yang
digelar pemerintahan Orde Baru, dapat terlaksana. Pelaksanaan Pemilu
1971, secara politis tidak terkendala.
Dewi menjelaskan, akan sangat janggal
bagi penglihatan dunia internasional jika Orde Baru yang dipimpin
Presiden Soeharto menggelar Pemilu di 1971.
Sebab pada saat itu, Indonesia tengah
memiliki Presiden Kembar: Soekarno (de jure) dan Soeharto (de facto).
Oleh karena itu sebelum Pemilu 1971, Soekarno harus disingkirkan
(dilenyapkan).
Pernyataan Dewi itu merupakan salah satu penggalan dari wawancaranya dengan Tabloid Detak.
Media yang dikelolah Eros Djarot, sutradara film yang dikenal dekat
dengan puteri Bung Karno, Megawati pada saat itu, tidak berusia panjang.
Tabloid yang diterbitkan dari Gedung
Prioritas, Jl.Gondangdia Lama, Jakarta, tempat Surya Paloh menerbitkan
harian Prioritas dan majalah Vista ketika itu, kemudian menghentikan
penerbitannya dan sebagian krunya lalu meluncurkan media internet Detik Dotkom.
Pernyataan Dewi tersebut tidak berhenti
di situ. Ia menuduh, sebelum meninggal, rezim militer sengaja
mengisolasi Soekarno di Wisma Yaso, sekarang Museum Mandala di Jl Gatot
Subroto, Jakarta.
Pengucilan dimaksudkan agar suaminya itu mengalami kehidupan yang stress.
Setelah itu ada alasan untuk membawa Bung Karno ke rumah sakit.
Tapi Dewi yang saat Bung Karno menjalani
kehidupan sebagai tahanan rumah sedang mengasingkan diri di Paris,
Prancis mengaku, mendapatkan informasi tentang keadaan Bung Karno
setelah ia mewawancarai para pembantu yang merawat almarhum.
“Bapak (Soekarno) meronta dan
berteriak-teriak bahwa dia tidak sakit, ketika sejumlah dokter yang
dikawal militer menjemputnya untuk dibawa ke rumah sakit,” berkata Dewi
kepada Tabloid Detak.
Pernyataan
Dewi itu secara resmi tidak perah dibenarkan ataupun dibantah oleh
pemerintahan Orde Baru. Namun isunya kemudian tenggelam dan dilupakan
orang begitu saja.
Tapi boleh jadi akuntabilitas Dewi sebagai sumber berita melemah, sebab prilaku Dewi di masyarakat pun, banyak yang tidak patut.
Di 1992, Dewi dilaporkan pernah berkelahi di sebuah pesta dengan anak bekas Presiden Filipina, Minnie Osmena.
Dewi melempar wajah sosialita yang
tinggal di Amerika Serikat itu dengan gelas anggur menyebabkan wajah
wanita asal Filipina itu harus mendapat jahitan pengobatan. Dewi sendiri
harus meringkuk di penjara California selama 37 hari.
Tidak lama berselang, pada 1994 Dewi
meluncurkan sebuah buku yang berisikan foto-foto tubuhnya yang tidak
dibalut oleh sehelai benangpun. Juga ada bagian-bagian yang diberi
gambar tatoo.
Buku yang diberi judul Madame De Syuga itu seperti melunturkan reputasinya sebagai isteri Proklamator RI.
Walaupun buku itu dilarang beredar di
Indonesia, tetapi gara-gara sebagian isinya dikutip majalah What’s On
Jakarta pengutipan itu mengakibatkan citra Dewi di Indonesia menjadi
kurang baik.
Dewi sendiri berdalih bahwa bukunya tidak
berisikan gambar porno, melainkan sekadar menggambarkan bahwa wanita
yang sudah berusia hampir setengah abad pun masih bisa memiliki tubuh
yang indah, sexy dan menarik.
Pada 2001, saat Megawati Soekarnoputri,
anak tirinya, baru saja menjadi Presiden RI, Dewi berkomentar singkat
“Saya kira, Megawati secara berangsur melakukan apa yang bisa dia
lakukan,” katanya.
“Hanya saja memang tidak mudah bagi
seorang wanita untuk menjadi Presiden di negara yang mayoritas
penduduknya pemeluk agama Islam”.
Pernyataan Dewi tersebut sulit
ditafsirkan apakah ia mendukung atau meremehkan kemampuan Megawati
selaku Presiden RI atau bagaimana?
Sulit ditafsirkan karena dari bahasa
tubuhnya, di sisi lain, putri tunggal kesayangannya Kartika Soekarno,
sangat lengket dengan keluarga Teuku Umar (Mega-Taufiq). Kedekatan
Kartika dengan keluarga Teuku Umar terlihat dari beberapa peristiwa.
Kartika ikut serta dalam rombongan Presiden Megawati yang melakukan lawatan ke luar negeri.
Kartika selalu bersama Puan Maharani, putri Mega dan Taufiq.
Mereka duduk di kabin kepresidenan.
Terpisah dari kabin kelas bisnis yang diduduki rombongan Menteri,
Anggota DPR dan para Pemimpin Redaksi.
Pada 2007, ketika Mega sudah menjadi mantan Presiden dan Kartika menikah di Belanda, Megawati secara khusus diundang.
Tapi yang mengudang Mega bukan Dewi
sebagai orangtua. Melainkan Kartika dan suaminya. Dewi sendiri saat ini
menetap di kawasan Shibuya, Tokyo, Jepang. Kalau sedang berada di
Jakarta, jarang sekali atau bahkan tidak pernah nampak berkumpul dengan
keluarga Soekarno.
Tapi sekalipun begitu bukan Dewi
Soekarno, kalau kehadirannya tanpa berkumpul dengan keluarga Soekarno,
lalu berlalu tanpa pemberitaan media massa.
Dewi seakan punya kiat, setiap kali berada di Jakarta akan selalu menarik media untuk meliput atau mewawancarainya.
Dewi seperti punya Public Relations Officer Profesional
yang pintar mengatur acaranya di Jakarta agar tidak dilewatkan oleh
media begitu saja. Pada hari Minggu 13 Mei 2012 pukul 06:30, Dewi muncul
di program TalkIndonesia, MetroTV.
Dalam acara berbahasa Inggris yang
dipandu Dalton Tanonaka, bekas presenter CNN tersebut, Dewi diajak
berbicara tentang bagaimana seharusnya seorang Presiden RI berperan atau
berprilaku.
Dalton, warga Amerika keturunan Jepang
itu juga menghadirkan Ayu Saraswati, seorang artis yang diberi label
sebagai keponakan Prabowo Subianto, sosok yang mengklaim sebagai
pengagum Soekarno sekaligus salah seorang kontender dalam Pilpres 2014.
Saat talk show
berlangsung dan muncul gambar Soekarno yang disusul Presiden SBY,
terdapat sejumah pernyataan yang membandingkan era sekarang dengan masa
kepemimpinan Soekarno.
“Indonesia secara ekonomi masih tergolong
negara miskin. Tapi di era Soekarno, Indonesia disegani oleh
bangsa-bangsa lain.” jelasnya.
Di era itu, kalau Presiden berbicara, rakyat mendengar apa yang dikatakan oleh pemimpinnya. Sekarang tidak !” Dewi menambahkan.
Dewi melalui di stasiun TV milik Surya
Paloh, yang isterinya blasteran Jepang itu, seakan menyindir Presiden
SBY dan kepemimpinanya. [mdr/news.inilah.com/icc.wp.com]
***
Dalam sebuah surat semi puisi yang
ditulis Bung Karno tanggal 6 Juni 1962, salah satu bagiannya yang sangat
lembut, romantis, sekaligus menggemparkan berbunyi:
“Kalau aku mati, kuburlah aku
di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai seorang istri, yang aku
cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia
meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama
aku.”
Isi surat tsb menunjukkan kesan betapa
kuatnya jalinan asmara antara Bung Karno dengan Ratna Sari Dewi, yang
bahkan kematian sekalipun tidak akan memisahkan jasad mereka. (Dikutip dari http://www.indonesiamedia.com)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar