Rabu, 26 Agustus 2015

Muhammad Ali Kenal Tinju Gara-gara Sepeda Dicuri



TEMPO.CO, Louisville - Perjalanan karier Muhammad Ali sebagai petinju hingga menjadi juara tinju tiga kali kelas berat dunia bermula dari sepedanya yang dicuri. Cassius Clay Junior, nama lahir Ali, mengadu kepada polisi Joe Martin yang juga pelatih tinju. Pertemuannya dengan Martin inilah yang kemudian membuatnya tertarik pada tinju.

Cassius yang saat itu berumur 12 tahun datang ke kantor polisi sambil menangis. Niatnya ingin membuat laporan kehilangan sepeda. Tapi Martin malah mengajaknya berlatih tinju di Columbia Gym agar bisa menggebuki maling yang sudah mencuri sepedanya. Sejak itulah, Ali menekuni tinju.

Meskipun masih bocah, Ali ternyata sudah bercita-cita menjadi juara dunia tinju. Menurut teman kecilnya, Lawrence Montgomery, Ali sudah kerap berkoar tentang ambisinya itu ketika bermain bersama. “Man, lebih baik kamu buang jauh-jauh pikiran itu,” katanya seperti dikutip AP. Tapi Cassius muda terus berlatih.

Tekadnya kuat. Hanya dalam hitungan minggu sejak kecolongan sepeda, ia naik ring untuk pertama kali. Hasilnya mengagumkan. Ia menang dan mendapatkan bayaran setara dengan Rp 36 ribu. Menurut Martin, muridnya menonjol karena memiliki determinasi lebih dari petinju lain.

Empat tahun kemudian, Cassius menghubungi pelatih tinju Angelo Dundee. Dengan percaya diri, ia memperkenalkan diri pada Dundee. "Saya Mr Cassius Clay, pemenang turnamen ini dan itu, ingin jadi juara dunia berat. Saya ingin bertemu dengan Anda," kata Dundee menirukan ucapan Ali junior lewat telepon saat dihubungi Tempo di Washington bulan lalu.

Selanjutnya, ia meminta Dundee menjadi pelatihnya. Dua tahun berlatih dengan Dundee, Cassius meraih medali emas Olimpiade Roma 1960 untuk Amerika Serikat.

Pada Oktober 1960, Cassius menjadi petinju profesional. Uang kontrak senilai US$ 10 ribu (Rp 89 juta) digenggamnya. Di bawah asuhan Dundee, ia mengarungi 19 pertandingan tanpa kalah. Hingga di 25 Februari 1964, ia berkesempatan melawan juara dunia kelas berat Sonny Liston. Meski tak diunggulkan, The Greatest, julukan Cassius, mendominasi pertandingan sehingga ia menang technical knockout sekaligus menyandang gelar juara dunia pada usia 22 tahun.

Sehari kemudian, dia memproklamasikan diri sebagai anggota Nation of Islam, gerakan pembela hak warga kulit hitam dan pengajar Islam Amerika Serikat. Kemudian ia mengganti namanya menjadi Muhammad Ali.

Sembilan kali Ali sukses mempertahankan gelarnya. Namun, gelar itu dicopot Komisi Tinju Amerika Serikat pada 1967 setelah ia menolak wajib militer untuk Perang Vietnam. Ia memilih gelarnya hilang daripada mesti memerangi Vietnam. Sebab, Ali menilai itu bertentangan dengan ajaran agamanya.

Tiga tahun setelah gelarnya dicopot, Ali kembali naik ring. Setelah mengalahkan dua petinju, ia lalu menantang juara dunia Joe Frazier. Partai yang menampilkan dua petinju tak terkalahkan itu bertajuk “Fight of Century” dan berlangsung di New York, 8 Maret 1971. Di tangan Frazier inilah, Ali mengalami kekalahan pertamanya. Ia harus mengarungi 14 pertandingan sebelum akhirnya berhasil merebut kembali gelarnya dari tangan George Foreman, Oktober 1974.

Setelah itu ia sukses mempertahankan gelarnya dalam 10 pertandingan sebelum gelar itu lepas akibat kalah angka dari Leon Spink. Setahun kemudian, barulah Ali kembali merebut gelarnya lagi. Namun, pada Oktober 1980, gelar itu kembali hilang setelah dikalahkan Larry Holmes, mantan lawan latih tandingnya. Upayanya kembali ke ring tinju dengan menantang Trevor Berbick gagal karena ia mengalami sesak napas. Setelah itu, 12 Desember 1981, di usia hampir 40 tahun, dia memutuskan pensiun.

RINA W| REZA M| VICTORIA SIDJABAT (LOUISVILLE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar