Rabu, 26 Agustus 2015
Wawancara Terakhir Tempo dengan Pelatih Muhammad Ali
TEMPO.CO, Washington - Angelo Dundee adalah sosok di balik kesuksesan Muhammad Ali. Lahir dengan nama Angelo Mirena di Philadelphia, 30 Agustus 1921, sejak awal dia membimbing Ali menapaki karier sebagai petinju profesional dari 1961 sampai pensiun pada 1981.
Di umur 90 tahun, ingatan pelatih yang diabadikan dalam Hall of Fame dunia tinju di New York ini masih setajam jab Ali pada masa jaya. Ia masih mengingat saat pertama bertemu dengan Ali sampai pembicaraan terbarunya. Dundee memanggil Ali dengan sebutan Kid. "Kan, saya lebih tua 20 tahun," katanya. Ali memanggilnya Angie.
Koresponden Tempo di Washington, DC, Victoria Sidjabat, berbincang dengannya lewat telepon saat Dundee berada di rumahnya di Clearwater, Florida, pada pertengahan Januari, sebelum Dundee wafat hari ini, Rabu, 1 Februari 2012. Pendengarannya yang jauh menurun membuat asistennya harus berulang kali menyebutkan pertanyaan yang diajukan. Tapi, begitu sudah berbicara, Dundee sulit dihentikan.
Kapan pertama kali Anda bertemu dengan Ali?
Pada 1958. Waktu itu saya sedang beristirahat bersama Willie Pastrano (anak asuhnya, juara dunia kelas berat ringan 1963-1965) di sebuah hotel di Louisville saat telepon berbunyi. "Saya Mr. Cassius Clay, pemenang turnamen ini dan itu, ingin jadi juara dunia kelas berat. Saya ingin bertemu dengan Anda." Sambil menutup gagang telepon, saya berbisik kepada Willie, "Ada orang gila ingin bertemu dengan kita, kamu mau enggak?" Willie mengiyakan karena tidak punya pekerjaan lain.
Dalam pertemuan itu, kami berbicara selama tiga jam! Anak muda ini sangat menarik. Dia memiliki minat besar dan tahu banyak soal tinju. Cerita bagaimana dia berlatih, berlari jauh untuk menjaga stamina, dan sudah memiliki konsep sendiri tentang tinju.
Anda juga melatih 15 juara dunia, termasuk George Foreman dan Sugar Ray Leonard. Apa yang membedakan Ali dengan petinju lain?
Dia sangat berbeda. Dari kepribadian, dia punya mimpi dan motivasi besar. Dia satu-satunya petinju yang datang dan mengatakan, "Saya ingin jadi yang terbaik." Yang terpenting, dia mau bekerja keras meraih impiannya.
Bagaimana dengan kemampuan fisiknya?
Muhammad memiliki kemampuan fisik yang luar biasa kuat. Kakinya panjang dan kokoh, otot tangannya bagus, pergerakannya luar biasa. Dia memang memiliki bakat besar di tinju. Semua keunggulan itu membuat dia tercatat sebagai petinju terbesar dalam sejarah. Saya tidak memiliki murid lain setangguh dia. Di masa itu, seseorang belum bisa dikatakan sebagai juara dunia kalau belum bertarung dengan Muhammad. Dia adalah Champion of Warrior, jawara petarung. Belum tergantikan hingga kini.
Anda juga melatihnya untuk bermulut besar?
Tugas saya melatih teknik di ring tinju. Setiap petinju punya gaya dan karakter berbeda. Taktik seperti itu membuat orang tertarik dan datang menonton pertandingan.
Anda setuju dengan sebutan The Greatest?
Sebutan terbaik untuknya adalah petinju, petarung, dan jawara besar. Semua orang membicarakannya. Semua kagum kepadanya. Tidak ada satu pun petinju yang orang perbincangkan seperti Muhammad Ali, bahkan sampai sekarang. Saya bangga pernah menjadi pelatihnya.
Kapan Anda terakhir bertemu dengan Ali?
Sewaktu perayaan ulang tahunnya di Louisville kemarin. Acara itu sangat hangat. Saya melihat Ali sebagai orang baik yang dikelilingi orang-orang yang mencintainya.
Sebagai teman lama, bagaimana Anda menjaga hubungan?
Dulu kami ke mana-mana selalu bersama, berkeliling dunia. Sekarang kami menjaga komunikasi lewat telepon. Kadang Ali menelepon saya, kadang saya menelepon dia. Hampir setiap hari. Biar cuma sebentar dan dia tak dapat berbicara banyak, kami saling berbagi kabar dan semangat. Kami seperti keluarga dan selalu seperti itu.
Apa saja yang dibicarakan?
Dia pernah bilang, "Angie, aku ingin datang dan berlatih. Itu hal yang paling aku rindukan, berada di sasana dan berlatih sampai mandi keringat." Saya jawab, "Aku juga ingin berlatih, Kid. Tapi kita tidak bisa melakukan itu. Yang bisa kulakukan sekarang adalah meyakinkanmu bahwa aku mencintaimu."
Di luar ring tinju, bagaimana Anda memandang Ali?
Dia penegak hak asasi manusia, memiliki nilai kemanusiaan dan cinta kasih yang tinggi. Dia mencintai kehidupan dan mencintai banyak orang. Saya sulit menceritakan betapa menyenangkannya bisa berbagi waktu dengan anak ini. Hubungan terbaik yang bisa dua orang dapatkan. Dia mengajariku menjadi sabar dan kuat. Dia mau bersahabat dengan semua orang. Muhammad adalah hadiah terbaik untuk dunia ini.
REZA MAULANA | VICTORIA SIDJABAT (WASHINGTON DC)
http://sport.tempo.co/read/news/2012/02/02/104381261/wawancara-terakhir-tempo-dengan-pelatih-ali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar