TEMPO.CO,
Washington
- Angelo Dundee adalah sosok di balik kesuksesan Muhammad Ali. Lahir
dengan nama Angelo Mirena di Philadelphia, 30 Agustus 1921, sejak awal
dia membimbing Ali menapaki karier sebagai petinju profesional dari 1961
sampai pensiun pada 1981.
Di umur 90 tahun, ingatan pelatih
yang diabadikan dalam Hall of Fame dunia tinju di New York ini masih
setajam jab Ali pada masa jaya. Ia masih mengingat saat pertama bertemu
dengan Ali sampai pembicaraan terbarunya. Dundee memanggil Ali dengan
sebutan
Kid. "Kan, saya lebih tua 20 tahun," katanya. Ali memanggilnya Angie.
Koresponden
Tempo
di Washington, DC, Victoria Sidjabat, berbincang dengannya lewat
telepon saat Dundee berada di rumahnya di Clearwater, Florida, pada
pertengahan Januari, sebelum Dundee wafat hari ini, Rabu, 1 Februari
2012. Pendengarannya yang jauh menurun membuat asistennya harus berulang
kali menyebutkan pertanyaan yang diajukan. Tapi, begitu sudah
berbicara, Dundee sulit dihentikan.
Kapan pertama kali Anda bertemu dengan Ali?
Pada
1958. Waktu itu saya sedang beristirahat bersama Willie Pastrano (anak
asuhnya, juara dunia kelas berat ringan 1963-1965) di sebuah hotel di
Louisville saat telepon berbunyi. "Saya Mr. Cassius Clay, pemenang
turnamen ini dan itu, ingin jadi juara dunia kelas berat. Saya ingin
bertemu dengan Anda." Sambil menutup gagang telepon, saya berbisik
kepada Willie, "Ada orang gila ingin bertemu dengan kita, kamu mau
enggak?" Willie mengiyakan karena tidak punya pekerjaan lain.
Dalam
pertemuan itu, kami berbicara selama tiga jam! Anak muda ini sangat
menarik. Dia memiliki minat besar dan tahu banyak soal tinju. Cerita
bagaimana dia berlatih, berlari jauh untuk menjaga stamina, dan sudah
memiliki konsep sendiri tentang tinju.
Anda juga melatih 15 juara dunia, termasuk George Foreman dan Sugar Ray Leonard. Apa yang membedakan Ali dengan petinju lain?
Dia
sangat berbeda. Dari kepribadian, dia punya mimpi dan motivasi besar.
Dia satu-satunya petinju yang datang dan mengatakan, "Saya ingin jadi
yang terbaik." Yang terpenting, dia mau bekerja keras meraih impiannya.
Bagaimana dengan kemampuan fisiknya?
Muhammad
memiliki kemampuan fisik yang luar biasa kuat. Kakinya panjang dan
kokoh, otot tangannya bagus, pergerakannya luar biasa. Dia memang
memiliki bakat besar di tinju. Semua keunggulan itu membuat dia tercatat
sebagai petinju terbesar dalam sejarah. Saya tidak memiliki murid lain
setangguh dia. Di masa itu, seseorang belum bisa dikatakan sebagai juara
dunia kalau belum bertarung dengan Muhammad. Dia adalah
Champion of Warrior, jawara petarung. Belum tergantikan hingga kini.
Anda juga melatihnya untuk bermulut besar?
Tugas
saya melatih teknik di ring tinju. Setiap petinju punya gaya dan
karakter berbeda. Taktik seperti itu membuat orang tertarik dan datang
menonton pertandingan.
Anda setuju dengan sebutan The Greatest?
Sebutan
terbaik untuknya adalah petinju, petarung, dan jawara besar. Semua
orang membicarakannya. Semua kagum kepadanya. Tidak ada satu pun petinju
yang orang perbincangkan seperti Muhammad Ali, bahkan sampai sekarang.
Saya bangga pernah menjadi pelatihnya.
Kapan Anda terakhir bertemu dengan Ali?
Sewaktu
perayaan ulang tahunnya di Louisville kemarin. Acara itu sangat hangat.
Saya melihat Ali sebagai orang baik yang dikelilingi orang-orang yang
mencintainya.
Sebagai teman lama, bagaimana Anda menjaga hubungan?
Dulu
kami ke mana-mana selalu bersama, berkeliling dunia. Sekarang kami
menjaga komunikasi lewat telepon. Kadang Ali menelepon saya, kadang saya
menelepon dia. Hampir setiap hari. Biar cuma sebentar dan dia tak dapat
berbicara banyak, kami saling berbagi kabar dan semangat. Kami seperti
keluarga dan selalu seperti itu.
Apa saja yang dibicarakan?
Dia
pernah bilang, "Angie, aku ingin datang dan berlatih. Itu hal yang
paling aku rindukan, berada di sasana dan berlatih sampai mandi
keringat." Saya jawab, "Aku juga ingin berlatih,
Kid. Tapi kita tidak bisa melakukan itu. Yang bisa kulakukan sekarang adalah meyakinkanmu bahwa aku mencintaimu."
Di luar ring tinju, bagaimana Anda memandang Ali?
Dia
penegak hak asasi manusia, memiliki nilai kemanusiaan dan cinta kasih
yang tinggi. Dia mencintai kehidupan dan mencintai banyak orang. Saya
sulit menceritakan betapa menyenangkannya bisa berbagi waktu dengan anak
ini. Hubungan terbaik yang bisa dua orang dapatkan. Dia mengajariku
menjadi sabar dan kuat. Dia mau bersahabat dengan semua orang. Muhammad
adalah hadiah terbaik untuk dunia ini.
REZA MAULANA | VICTORIA SIDJABAT (WASHINGTON DC)
http://sport.tempo.co/read/news/2012/02/02/104381261/wawancara-terakhir-tempo-dengan-pelatih-ali