Citra
situs megalitikum Gunung Padang yang direkam drone dari ketinggian yang
cukup memperlihatkan bagian sisi situs yang sudah dibersihkan anggota
TNI Angkaran Darat sejak bulan Agustus lalu. Gambar rekaan situs Gunung
Padang yang dibuat oleh Ir. Pon Purajatnika ternyata memang mirip dengan
tampak-permukaan situs ini. (Pict: TTRM).
Kita semua telah tahu, bahwa penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri
(TTRM) telah menemukan tanda-tanda bahwa di bawah bukit itu ada sebuah
objek buatan manusia yang berusia sangat tua. Di beberapa bagian usianya
bisa mencapai kisaran 20 ribu tahun.
Staf Khusus Presiden Andi Arief yang
sedang berada di Gunung Padang kala itu mengatakan bahwa
wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung ke Gunung Padang merasa bahwa
Gunung Padang dibangun oleh leluhur mereka juga. Wisatawan asing ini
berasal dari Jerman, Tiongkok dan Yunani, bahkan Malaysia.
“Ternyata bukan hanya wisatawan Jerman,
Cina dan Yunani yang merasa monumen ini juga dibangun oleh leluhurnya.
Namun wisatawan Malaysia pun memiliki perasaan yang sama,” tulis Andi
Arief di akun Facebook miliknya.
Andi menambahkan bahwa informasi itu dia
peroleh dari Pak Nanang, salah seorang Juru Pemelihara Gunung Padang
yang sudah sekian lama menjadi pemandu turis di situs yang mungkin
merupakan situs peninggalan tertua manusia yang masih tersisa dan masih
dapat disaksikan di planet Bumi.
Hingga kini, situs mahakarya leluhur
bangsa Indonesia dan mungkin juga leluhur semua bangsa di dunia ini
pernah dikunjungi oleh empat pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia, yaitu Presiden Sukarno, Presiden Soeharto, Presiden Megawati
Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di situs mahakarya Gunung Padang Cianjur.
Riset Gunung Padang Ditawar 12 Trilyun
Misteri Gunung Padang menarik perhatian
dunia internasional. Sejak lama para ahli di belahan dunia menyatakan
keinginannya untuk terlibat dalam riset di situs megalitikum yang
terletak di Cianjur, Jawa Barat itu. Sebuah konsorsium pernah menawar
riset situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, seharga Rp
12 triliun.
Tawaran itu disampaikan seseorang dari
sebuah konsorsium kepada insiator Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Andi
Arief dalam pertemuan setelah shalat Jumat (7/11/2014) lalu. Habis
shalat Jumat tadi saya memenuhi undangan pribadi dari seseorang yang
saya belum kenal sebelumnya. Saya diundang oleh kawan saya yang dulu di
PRD,” tulis Andi Arief dalam laman Facebook miliknya.
Dalam pertemuan itu, sang pemimpin
konsorsium didampingi empat orang staf. Kepada Andi Arief, sang pemimpin
konsorsium mengatakan uang sebesar Rp 12 triliun itu ditukar dengan 60
persen saham.
“Saya kaget juga. Saya bilang, saya
pikirkan dulu karena ini memang masih milik TTRM. Tapi ada inisiator
sesungguhnya, Pak SBY dan ada keterlibatan TNI sebagai pelindung,” kata
Andi Arief lagi.
Andi Arief
“Di samping itu sepertinya riset ini
sudah menjadi milik masyarakat karena sejarah kita sedang menghadapi
pertanyaan serius,” ujar mantan Staf Khusus Presiden kala itu. Dia
mengatakan, dirinya dan TTRM sama sekali tidak pernah memikirkan riset
Gunung Padang memasuki wilayah komersil.
Menurut orang yang menyampaikan penawaran
itu, konsorsiumnya tertarik untuk menjadi pengelola profesional kawasan
situs Gunung Padang dan mempercantiknya tanpa mengubah bentuk-bentuk
bangunan yang ada.
Mereka juga berniat memberikan
pengelolaan situs kepada pihak swasta lain. Mereka perpendapat Gunung
Padang akan menjadi sesuatu yang luar biasa menguntungkan baik untuk
negara maupun bisnis mereka. Selain tentu saja menguntungkan masyarakat.
Andi Arief, masih dalam keterangannya,
mengatakan bahwa di tengah perjuangan melakukan survei dengan pendanaan
apa adanya, dan kisah utang di beberapa tempat yang belum dilunasi serta
masih belum turunnya janji dana survei dari pemerintah sebesar Rp 3
miliar, angka Rp 12 triliun tentu cukup berarti sebagai tawaran.
Selama ini pula, sambungnya, dirinya dan
TTRM sudah kerap difitnah seolah mengambil keuntungan dari riset yang
selama ini mereka lakukan. Sebagai orang timur, saya ucapkan terima
kasih karena sudah mengapresiasi riset TTRM sampai berminat membelinya
dan saya akan kemukakan dulu tawaran ini kepada tim peneliti, Pak SBY,
dll,” kata Andi Arief.
Sketsa
Terbaru Gunung Padang Cianjur – Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang
melakukan penelitian di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa
Barat, hari Senin (7/7) merilis sketsa terbaru Gunung Padang.
Berdasarkan uji penanggalan jejak karbon yang dilakukan Laboratorium
Batan, pada material paleosoil di kedalaman empat meter menunjukkan usia
5.500 tahun Sebelum Masehi (SM). Sementara hasil dari Laboratorium Beta
Miami, Florida, Amerika Serikat (AS), material dari kedalaman empat
hingga 10 meter berasal dari masa 7600-7800 SM.
Pada bagian lain, dia mengatakan, dirinya
dan TTRM tidak akan melanggar prinsip bahwa riset yang selama ini
mereka lakukan di Gunung Padang adalah sumbangan buat negara. Sementara
itu Pemerintah sudah menerbitkan peraturan khusus mengenai penelitian di
situs megalitikum Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat sejak tahun
2014 lalu.
Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2014
dibentuk Tim Nasional untuk Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung
padang berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.225/P/2014
yang anggota penelitinya adalah TTRM ditambah para ahli dari berbagai
institusi di seluruh Indonesia. Payung hukum yang lebih kuat ini
dibutuhkan agar penelitian yang telah berlangsung selama tiga tahun itu
tidak terhenti begitu saja.
Gunung Padang Mulai Menyedot Perhatian Penulis dan Ilmuwan Dunia
Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur,
Jawa Barat, terus menyita perhatian publik. Bahkan, selain sudah
menjadi pembahasan di dalam negeri, juga menyedot perhatian dunia. “Alhamdulillah,
penulis terkemuka luar negeri berdatangan, mereka ingin membantu,”
jelas inisiator TTRM Gunung Padang, Andi Arief dalam pesan singkatnya.
Misalnya saja arkeolog asal Bosnia
Herzegovina, Semir Sam Osmanagich terpukau oleh situs Gunung Padang.
Situs berbentuk punden berundak era kebudayaan megalitikum itu, kata
dia, memiliki nilai ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Selain itu,
situs juga memperlihatkan potensi wisata yang besar.
Arkeolog asal Bosnia Herzegovina, Semir Sam Osmanagich (kanan) (pict by: Semir Sam Osmanagich)
Karena itu Sam mendukung agar penelitian berbagai instansi di Gunung Padang terus dilanjutkan.
“Saya sangat kagum dengan situs ini.
Keberadaan situs ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan dalam dan luar
negeri,” kata Sam saat mengunjungi Gunung Padang pada Mei 2014 lalu (
lihat video).
Ia ditemani geolog asal Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman, yang sebelumnya juga meneliti
di situs Gunung Padang.
Sam membandingkan struktur bangunan situs Gunung Padang dengan penemuannya di Kota Visoko, Bosnia Herzegovina.
Dia mengklaim, kedua situs memiliki
kemiripan. Di Visoko ada beberapa bukit yang menurut hasil penelitian
Sam, direkayasa oleh manusia sehingga berbentuk seperti piramida. Begitu
juga di Gunung Padang.
Struktur piramida itu, ia jelaskan,
adalah umumnya memiliki dasar persegi dan memiliki puncak yang
mengerucut. Selain itu, tubuh piramida bisa merupakan bukit alam yang
kemudian oleh manusia dikerjakan dan dibentuk sedemikian rupa. Dalam
penemuan Sam, situs piramida di Visoko memiliki jaringan terowongan
bawah tanah yang luas serta tanda-tanda bebatuan yang dimodifikasi
manusia.
Sam mengatakan bahwa piramida bukan cuma
ditemukan di Mesir atau Amerika Selatan, tapi juga di Cina, Prancis,
Bosnia, Sudan, Pulau Canary, Kamboja, dan negara-negara lain.
Begitu pula dengan arkeolog dunia asal AS
Graham Hancock, juga pernah ke situs Gunung Padang ditemani oleh
beberpa tamannya, berikut Robert Schoch dan Danny Hilman (
lihat video).
Danny
Hilman PhD (centre) senior geologist at Indonesia’s Geotechnology
Centre, Robert Schoch PhD (left of picture) geology professor at Boston
University (renowned for his geological redating of the Great Sphinx of
Giza) and Graham Hancock, (at the right of the picture). (Pict: Graham
Hancock)
Selain wartawan dan peneliti arkeolog
sekaligus penulis senior Graham Hancock, Gunung Padang juga sudah
menarik perhatian wartawan senior Jepang juga penulis yaitu Saburo
Hatano. Mereka bersedia dengan kesukarelaan menjadi PR atau
mengkampanyekan keagungan monumen yang ada di Indonesia tersebut.
“Puluhan ilmuwan dunia meski memiliki keinginan joint riset,
tapi tetap menghormati hak eksklusif peneliti negara kita. Namun mereka
menanti hasil yang dianggap akan mengubah sejarah,” demikian Andi
Arief.
Sementara itu, puluhan ilmuwan dan
peneliti dari berbagai universitas di dunia telah memberikan ucapan
selamat dan menyampaikan kekaguman mereka terhadap penelitian yang
dilakukan di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat,
dalam dua tahun terakhir ini.
Penelitian
ini menemukan fakta bahwa apa yang seharusnya disebut sebagai situs
Gunung Padang bukan hanya permukaan tanah seluas 900 meter per segi
bersama bebatuan di atasnya.
Melainkan meliputi keseluruhan bangunan
yang diduga kuat ada dan tertimbun di bawahnya. Berbagai media dalam dan
luar negeri pun telah mempublikasikan hasil penelitian tersebut.
Keberadaan bangunan yang tertimbun itu
diketahui dari pengujian geo-radar dan geo-listrik sebagai bagian dari
penelitian di kawasan potensi bencana patahan Cimandiri.
Belakangan uji carbon dating yang dilakukan laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan laboratorium di Miami, Amerika Serikat, memperlihatkan usia sample yang diperoleh dari coring di sejumlah titik di kawasan itu lebih tua dari dari 11.000 tahun.
Staf Khusus Presiden bidang Bantuan
Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief mengatakan, selema ini dirinya
menahan diri untuk tidak mempublikasikan ucapan-ucapan selamat dan
kekaguman dari peneliti-peneliti asing itu.
Ini dilakukan karena ia merasa bahwa
penelitian di Gunung Padang harus dilakakukan oleh ilmuwan dalam negeri.
Karena ini adalah bukti bahwa bangsa kita memiliki masa lalu yang
gemilang, jauh lebih gemilang daripada yang diceritakan dan dikisahkan
selama ini.
Gunung Padang Jadi Primadona di Korea
Arkeolog Universitas Indonesia DR. Ali
Akbar mendapat kesempatan terakhir untuk berbicara di Konferensi
Megalitikum Asia Tenggara dan Pasifik yang diselenggarakan di
Universitas Sogang, Seoul, Korea Selatan (Jumat, 17/10/2014) lalu.
DR. Ali Akbar
Anggota Tim Terpadu Riset Mandiri
(TTRM) Gunung Padang itu sengaja diletakkan sebagai pembicara terakhir
karena seluruh arkeolog yang menjadi peserta konferensi internasional
itu ingin mendengarkan penjelasan yang utuh mengenai riset yang
dilakukan di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.
Dapat dikatakan, riset yang dilakukan di
Gunung Padang telah menjadi primadona dalam dunia riset arkeologi
belakangan ini karena arkeolog-arkeolog dunia memantau perkembangan
riset melalui internet.
Moderator ketika DR. Ali Akbar
menyampaikan presentasi mengenari riset Gunung Padang adalah Byung-mo
Kim. Ia merupakan salah seorang arkeolog terpandang di Korea dan menulis
buku Megalithic Cultures in Asia.
Dari presentasi yang sudah disampaikan,
beberapa ahli mancanegara mengakui proses dan metode yang dilakukan oleh
TTRM. Metode dan teknik yang TTRM gunakan tergolong paling maju dan
komplit. Peserta konferensi juga terpukau dengan seismic tomography, citra arsitektural, coring, dan beberapa artefak yang ditemukan yang telah diuji dengan CT-Scan, analisa laboratorium metal, hingga analisa laboratorium petrologi.
Dari konferensi itu dapat disimpulkan
bahwa riset di Gunung Padang menjadi contoh perubahan besar riset
arkeologi dunia. Gunung Padang adalah wajah Nusantara. Sudah kita
ketahui bersama, nilai-nilai kebudayaannya sangat tinggi. Sebuah
bangunan modern yang berjaya di masanya.
Gedung paling tinggi di Indonesia belum
apa-apa dibandingkan dengan Gunung Padang di bawah. Bangsa Indonesia
patut berbangga karena memiliki situs Gunung Padang. Dengan unsur budaya
yang tinggi berbanding terbalik dengan kebudayaan masa kini yang kian
menurun.
Banyak Ilmuwan Dunia Ingin Ikut Meneliti Gunung Padang
Sejak setahun lalu (2013 – red), ahli
paleometal Israel Prof. Sariel Shalev ingin ikut serta dalam riset
Gunung Padang. Hal ini dikemukakan oleh inisiator Tim Terpadu Riset
Mandiri (TTRM) Situs Gunung Padang, Andi Arief, dalam pesan
elektroniknya, Selasa (5/11/2014) lalu.
Keinginan ikut meriset Gunung Padang
disampaikan Prof. Shalev ke panitia pertemuan internasional yang
diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Prof. Sariel Shalev
Selain Gunung Padang, Prof. Shalev yang mengajar di University of Haifa dan bekerja untuk Weizmann Institute juga menyatakan keinginanya untuk bisa ikut joint research yang dilakukan tim di Gunung Sadahurip Garut, yang sempat mencuat karena bentuknya mirip piramida.
Prof. Shalev merupakan ilmuwan Yahudi
yang ahli dengan metal purba. Dia memiliki ketertarikan pada penggunaan
benda-benda logam dalam peradaban manusia di masa lalu.
Salah satu studinya yang terkenal adalah
mengenai logam yang digunakan dalam pembuatan pedang dan belati di akhir
zaman perunggu di Kana’an atau kawasan di sekitar Palestina saat ini.
Pada tahun 2010, Prof. Shalev meneliti kaitan antara kisah-kisah dalam
kitab Injil dengan teknologi metalurgi yang digunakan masyarakat Kana’an
di masa lalu.
Lain lagi dengan Russia, ilmuwan nano
material dari Rusia, Viktor Larsin, sudah beberapa kali menyatakan
keinginan ikut serta dalam penelitian Gunung Padang di Cianjur, Jawa
Barat. Viktor Larsin purnawirawan Tentara Rusia yang kini bekerja di
Irkut Coporation, perusahaan holding pembuat mesin Sukhoi.
Viktor mengatakan, selain dirinya Irkut
dan Sukhoi pun tertarik dengan penelitian yang diinisiasi Kantor Staf
Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Selain
karena struktur bangunan yang diduga tertimbun di bawah situs
megalitikum Gunung Padang sangat besar, disebutkan ada hal lain yang
membuat Viktor, Irkut dan Sukhoi tertarik.
Selain struktur yang fenomena, pihak
Sukhoi secara spesifik menyatakan tertarik dengan anomali
elektromagnetik di bawah permukaan Gunung Padang. Hipotesa mereka,
anomali elektronik itu adalah hal yang luar biasa. Pihak Sukhoi
menyatakan dapat menerima alasan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) untuk
melanjutkan penelitian tanpa keterlibatan pihak asing.
“Ini sesuai pesan dan amanat Presiden SBY
saat paparan tahun 2011 dan saat berkunjung ke Gunung Padang. Sikap ini
juga pernah disampaikan Mendikbud M Nuh. Namun mereka memahami sikap
kita, sambil berharap pada saatnya bisa bergabung dalam riset di sini,”
ujar Andi Arif.
Shukoi selanjutnya masih menawarkan
kerjasama riset dengan memberi dukungan peralatan penginderaan paling
mutakhir yang dibuat oleh Irkut dan Shukoi.
Ilmuwan Israel dan Rusia bukan
satu-satunya negara asing yang ingin bergabung dalam penelitian Gunung
Padang. Permintaan serupa juga pernah disampaikan peneliti dari Jepang,
Israel, Jerman, Amerika, Peru, Meksiko, dan India.
Kisah Gunung Padang akan Difilmkan Hollywood
Besar kemungkinan kisah situs megalitikum
Gunung Padang akan diangkat ke layar lebar oleh industri film
Hollywood. Produsen film Star Wars, Prometheus Entertainment,
tampaknya tertarik menggunakan sketsa situs Gunung Padang yang digambar
oleh arsitek senior sekaligus salah seorang peneliti Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), Pon Sapriamulya Purajatnika.
Ir.Pon Sapriamulya Purajatnika
Prometheus Entertainment adalah
produsen film dokumenter, juga program televisi non-fiksi dan
produk-produk spesial lainnya. Produksi filmnya dapat ditonton misalnya
di channel A&E, E!, WEtv, Travel Channel, Bravo, Animal Planet, Lucasfilm Ltd., National Geographic Channel, AMC, dan Warner Bros.
Sementara film terkenal yang mereka produksi dan mencuri banyak perhatian antara lain adalah The Girls Next Door, Kendra, dan The Curse of Oak Island. Selain Star Wars, film fiksi mereka lainnya adalah Ancient Aliens, America’s Book of Secret, Food Paradise.
“Melalui surat elektronik, Promotheus Entertainment
lewat penelitinya Beth Moody, tertarik dengan sketsa imaginer Gunung
Padang yang dibuat tim peneliti TTRM Pak Pon S. Purajatnika. Untuk itu
mereka selain ingin berkomunkasi juga sekalgus menanyakan license atas sketsa imaginer yang mendunia tersebut,” ujar Chaedar Saleh, salah seorang arsitek yang memperkuat TTRM.
Setengah tahun lalu misalnya, jurnalis Graham Hancock yang terkenal dengan karyanya Fingerprint of God, mengaku tidak menyangka dalam waktu krang dari tiga jam saja, sketsa imaginer gunung Padang terebut ditandai like lebih dari 250 ribu orang.
Gunung Padang the movie (illustration)
“Tim Arsitektur Gunung Padang sedang
mempertimbangkan minat perusahaan rumah produksi tersebut dan akan
membicarakan pada tim secara keseluruhan,” masih kata Chaedar.
Disebutkan dalam keterangan yang diterima redaksi, jika tidak mengganggu
jalannya riset besar kemungkinan akan mengizinkan produser Ancient Alien tersebut untuk menggunakan sketsa karya Pon Sapriamulya Purajatnika.
Pada bagian akhir disebutkan, setelah
lapisan pertama yang tampak seperti Machu Pichu, sketsa imaginer lapisan
dua ini menjadi spesial karena hampir saja dapat dibuktikan oleh TTRM.
Dari hasil penelitian sejauh ini, memang
harus kita akui bahwa arsitektur pembangunan situs megalitikum Gunung
Padang dinilai sangat baik dan modern mengingat umurnya yang
diperkirakan sudah sangat tua, yakni berkisar 13 ribu hingga 30 ribu
tahun., jelas arsitek senior, Pon Sapriamulya Purajatnika dalam diskusi “Paparan Strategis Cides: Pemugaran Gunung Padang untuk Masa Depan Indonesia” di hotel Ambhara, Jakarta Selatan.
Robert Schoch PhD professor geologi lulusan Boston University membuat artikel tentang Gunung Padang (pict by: Robert Schoch)
“Ternyata di bawah situs-situs di
Indonesia yang kita temukan ini hampir selalu di bawahnya ada situs
lain, di Borobudur juga tidak menghilangkan adanya kemungkinan itu,”
sebut Pon.
Hal ini, menurut Pon, menunjukkan
kejeniusan arsitektur zaman dahulu di mana teknologi membangun yang
dilakukan dengan cara menumpuk batuan tidak semudah yang dibayangkan.
“Karena banyak sekali relief, candi atau
situs-situs lain yang dibuat dengan cara ditumpuk bisa dibuat demikian
sempurna. Kalau zaman sekarang sudah computerized cara penghitungannya itu,” tandas mantan ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Barat ini.
Admin ICC pun mencoba sedikit
membayangkan, jika pada masa itu dengan peralatan mereka yang terbatas,
sudah dapat membuat situs seperti Gunung Padang yang berada diatas
pegunungan yang kala itu masih sangat tinggi. Bisa jadi mungkin tak
dapat dilakukan oleh manusia pada abad ini tanpa menggunakan komputer,
helikopter, crane, buldozer, truck dan teknologi maju lainnya seperti
sekarang.
Dan lebih canggihnya, sisa-sisa kemajuan
teknologi mereka ternyata tak punah oleh zaman setelah puluhan ribu
tahun lamanya! Ya, puluhan ribu tahun lamanya, dan masih dapat anda
lihat hingga kini. Bayangkan, betapa hebatnya para leluhur anda. (sumber: RMOL.co/ TTRM).
Gunung Padang-Beyond Imaginations: The Mountain Of Light
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4627410499351355986#editor/target=post;postID=3054368095250176491